PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PENYAKIT BRUCELLOSIS PADA HEWAN TERNAK
Oleh:
MOCHAMAD SAEFFULLOH
Mahasiswa FKIP Biologi
Tingkat 3C
Universitas Galuh Ciamis
Jl. R.E Martadinata No. 150, Kampus Unigal Ciamis
Telepon/Fax: (0265) 776787
Telepon/Fax: (0265) 776787
ABSTRAK
Latar Belakang
Penyakit
brucellosis merupakan penyakit reproduksi, keguguran/keluron menular yang
disebabkan oleh mikroorganisme berupa bakteri brucella yang dapat menyerang
hewan ternak seperti sapi, kambing, rusa, babi, domba, dan ternak lainnya.
Penyakit ini menyerang organ reproduksi dan mengakibatkan keguguran. Penyakit
brucellosis selain dapat menular ke sesama hewan ternak, dapat juga bersifat
zoonosis yaitu menular pada manusia. Hewan yang terinfeksi bakteri brucella
dapat mengalami abortus, retensi plasenta, orchitis dan epididinitiis. Pada
manusia penyakit ini menular melalui kontak secara langsung dengan hewan yang
yang sudah terinfeksi bakteri Brucella atau melalui kulit yang terkena luka,
dan konsumsi susu atau produk susu yang tidak di fermentasi terlebih dahulu. Mutasi
hewan ternak di Indonesia untuk meningkatkan populasi dan konsumen daging hewan
ternak, menjadi penyebab yang utama penyakit brucellosis menular dan cepat meluas.
Dengan cepat menularnya penyakit brucellosis maka perlu tindakan penanggulangan
dan pencegahan terhadap penyakit yang cukup berbahaya ini, baik itu terhadap
hewan ternaknya, atau pada manusia.
Kata kunci: pencegahan, penanggulangan, brucellosis, dan hewan ternak.
PENDAHULUAN
Background
Pada umumnya di
Indonesia, masyarakat lebih mengenal penyakit ini hanya keguguran pada sapi,
tapi faktanya penyakit ini tidak hanya pada sapi tetapi pada hewan ternak
lainnya, bahkan dapat menular pada manusia (zoonosis). Brucellosis atau
penyakit keguguran/keluron menular merupakan salah satu penyakit hewan yang
menular strategis karena penularannya cukup cepat antar daerah dan lintas batas
serta memerlukan pengaturan lalulintas ternak yang ketat (DITJENNAK, 1988). Brucellosis
mengakibatkan tingginya angka keguguran pada sapi, pedet lahir mati/lemah,
infertilitas, sterilitas dan turunnya produksi susu (Hubbert et al., 1975).
Program
pencegahan dan penanggulangan brucellosis pada hewan ternak di Indonesia belum
optimal, karena belum menunjukan hasil yang yang optimal malah penyebaran penyakit
ini meningkat. Oleh karena itu brucellosis menjadi salahsatu prioritas nasional
untuk dilakukan pencegahan, penanggulangan dan pemberantasan penyakit
brucellosis. Maka sebagai dasar kebijakan tersebut ialah pelaksanaan
operasional pemberantasan brucellosis, yang dibuat pemerintah yang mengacu pada
SK Menteri Pertanian No. 828 tahun 1998 tentang pengamatan, pengawasan
lalulintas, vaksinasi dan potong bersyarat.
Tujuan
Adapun tujuan
dari pembuatan paper ini yaitu untuk mengetahui penyakit brucellosis, bagaimana
gejala klinis hewan ternak yang terkena penyakit brucellosis, cara-cara
penularan penyakit brucellosis, dan tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan dalam
upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit brucellosis.
PEMBAHASAN
A.
Hewan Ternak
Hewan ternak merupakan hewan yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber
makanan dan minuman, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu
pekerjaan manusia. Hewan ternak dapat berupa binatang apapun, namun biasanya
merujuk pada mamalia dan unggas. Mamalia contohnya yaitu kambing, kerbau, sapi,
domba, babi, dan kuda. Unggas contohnya ayam, itik, angsa dan bebek.
Berternak merupakan
kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatka
hasil dam manfaat dari kegiatan tersebut. Contoh beberapa hewan ternak:
·
Sapi
Sapi dipelihara terutama untuk
dimanfaatkan daging dan susunya sebagai bahan pangan. Selain itu kotoran sapi
juga dapat dimanfaatkan. Sapi cukup populer untuk diternakan karena bisa
mendapatkan keuntungan yang besar secara industri.
·
Kambing
Meskipun kambing tidak sebesar sapi dan
terkenal dengan baunya yang tidak sedap, tapi kambing memiliki manfaat, selain
dagingnya bisa diolah menjadi makanan, kulitnya juga dapat dimaka, dan
kotoranya merupakan pupuk organik yang sangat bagus untuk tumbuh tanaman.
·
Kerbau
Di Indonesia kerbau merupakan alat bantu
manusia, terutama di desa-desa dijadikan alat bajak sawah. Selain itu susu
kerbau digunakan untuk membuat keju mozzarella, kulit kerbau digunakan untuk
kulit sepatu atau bahan helm sepeda motor.
·
Babi
Di Indonesia penyebaran babi terbatas,
karena mayoritas penduduk beragama Islam.
Tapi mereka yang non Muslim memanfaatkan babi sebagai olahan makanan.
Dalam upaya
mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak, sering ada hambata-hambatan
dalam memelihara hewan ternak, penyebabnya yaitu karena beberapa jenis penyakit
dapat menyerang hewan tersebut. Contoh penyakit yang dapat menyerang hewan
ternak yaitu penyakit brucellosis. Penyakit
ini cukup berbahaya karena hewan ternak tersebut mengalami keguguran/keluron,
yang dapat menular ke sesama hewan ternak dan juga dapat menular kepada manusia
(zoonosis).
B.
Penyakit
Brucellosis
Penyakit brucellosis
yaitu penyakit reproduksi, keguguran/keluron menular yang disebabkan oleh
mikroorganisme berupa bakteri brucella yang dapat menyerang hewan ternak
seperti sapi, kambing, rusa, babi, domba, dan ternak lainnya.
Klasifikasi
bakteri brucella :
Kerajaan : Bakteria
Filum : Proteobakteria
Kelas : Alpha Proteobakteria
Ordo : Rhizobiales
Famili : Brucellaceae
Genus : Brucella
Beberapa contoh
spesies brucella yang dapat menginfeksi hewan ternak:
o Infeksi bakteri
pada hewan ternak sapi yaitu bakteri Brucella
abortus.
o Infeksi bakteri
pada hewan ternak domba/kambing yaitu bakteri Brucella militensis.
o Infeksi bakteri
pada hewan ternak babi yaitu bakteri Brucella
suis.
o Infeksi bakteri
pada anjing yaitu bakteri Brucella canis
Penyakit brucellosis
termasuk penyakit zoonosis yaitu penyakit tersebut dapat juga menular dan
menyerang manusia.
Penyakit
brucellosis penyebarannya cepat dan sangat berbahaya bagi hewan ternak lainnya.
Selain itu penyakit ini dapat menimbulkan kerugian ekonomi akibat keguguran dan
gangguan reproduksi yang diderita hewan ternak yang terinfeksi bakteri brucella
tersebut.
C.
Gejala Klinis
Hewan Ternak Penderita Brucellosis
Gejala klinis
dari penyalit brucelloss ini adalah abortus atau keluron atau dikalangan
masyarakat lebih dikenal dengan keguguran. Keguguran biasanya terjadi pada umur
kebuntingan 5 sampai 9 bulan kebuntingan, selaput fetus yang diaborsikan
terlihat oedema, hemoragi, nekrotik dan adanya eksudat kental serta adanya
retensi plasenta, metritis dan keluar kotoran dari vagina. Penyakit brucellosis
ini juga menyebabkan perubahan di dalam ambing. Lebih dari setengah hewan
ternak, khususnya sapi yang titer aglutinasinya tinggi menunjukan presentasi
yang tinggi di dalam ambingnya. Selain itu penyakit brucellosis ini menimbulkan
lesi higromata terutama di daerah sekitar lutut. Lesi ini berbentuk sebagi
regangan sederhana atau bungkus sinovia pada persendian, yang berisi cairan
yang jernih atau jonjot fibrin maupun nanah. Kemunkinan terjadinya higroma
akibat adanya suatu troma kemudian bakteri brucella yang berada di dalam darah
membentuk koloni di daerah persendian tersebut. Tanda klinis lainnya yaitu
produksi air susu pada sapi yang menurun drastis. Pada kelenjar susu tidak
menunjukan gejala klinis meski didalam air susu terdapat bakteri brucella.
Hewan ternak tersebut juga selalu mengeluarkan cairan vaginal yang bersifat
infeksius dan berwarna keruh.
Pada pejantan
penyakit brucellosis dapat menyerang pada testis dan mengakibatkan orhkitis dan
epididimitis serta ganguan pada kelenjar vesikula seminalis dan ampula.
Brucellosis juga menyebabkan abses serta nekrosis pada buah pelir dan kelenjar
kelamin tambahan. Sehingga semen yang diambil dari pejantan mungkin mengandung
bakteri brucella.
·
Sapi
Gejala klinis
yang mencolok terjadi abortus, terutama pada usia kebuntingan lanjut (8-9
bulan). Umumnya sapi hanya mengalami keguguran sekali saja pada kebuntingan
yang berurutan. Meskipun demikian induk sapi yang mengalami keguguran tersebut
masih membawa Brucella abortus sampai
2 tahun.
·
Babi
Menimbulkan akhritis, osteomielitis,
bursitis dan spondilitis. Kadang-kadang pula ditenukan posterior paralisis yang
disebabkan oleh nekrosisi discus intervertebrales. Pada babi jantan ditemukan
oschitis tetapi Brucella suis tidak
ditemukan pada semen atau urine. Dibandingkan dengan sapi abortus relatif
jarang terjadi pada babi.
·
Anjing
Brucella canis merupakan
penebab utama sterilitas pada pejantan dan abortus pada induk. Anjing yang
menderita brucellosis akut mengalami kebengkakan kelenjan limfa prefemuralis
dan submandibularis. Pada anjing jantan brucellosis menyebabkan orchitis
sehingga testis terlihat membengkak beberapa lama kemudian diikuti atrofi,
testis terlihat mengecil karena sel pembentuk spemtozoa mengalami kerusakan.
D.
Cara Penularan
Penyakit Brucellosis Pada Hewan Ternak
Cara penularan
yang paling banyak sesama hewan ternak yaitu melalui air atau pakan yang
tercemar oleh selaput janin atau cairan yang keluar dari rahim hewan penderita
yang telah terinfeksi bakteri brucella. Penularan penyakit brucellosis ini
melalui jilatan-jilatan hewan ternak tersebut, kemudian bakteri brucella memasuki
tubuh melalui selaput lendir konjugatif atau melalui gesekan-gesekan kulitnya. Untuk
terjadinya infeksi melalui konjugatif diperlukan kurang lebih 1,5 juta bakteri
brucella. Penularan dari pejantan yang terinfeksi brucellosis kepada induk
betina dapat terjadi melalui kawin alami atau dapat juga melalui proses
inseminasi buatan dilakukan lewat intra uterin dengan sperma yang mengandung
bakteri brucella. Penularan penyakit brucellis juga dapat terjadi melalui
saluaran pencernaan, saluran kelamin, saluran selaput lendir, kulit yang terkena
luka dan air susu induk yang diminum
oleh anak hewan ternak, namun terjadinya infeksi melalui air susu induk
kemungkinannya sangat kecil.
Penularan pada
manusia dapat melalui pencernaan, misalnya minum susu yang tidak dimasak yang
berasal dari ternak penderita brucellosis. Kontak secara langsung, penularan
melalui lendir atau kulit yang terkena luka, misalnya kontak langsung dengan
janin atau plasenta bayi dari hewan ternak penderita brucellosis dapat juga
menyebabkan penularan brucellosis pada manusia.
E.
Kelainan Hewan
Ternak Penderita Brucellosis Setelah Mati
Hewan ternak yang
terkena penyakit brucellosis, perubahan yang terlihat setelah mati pada hewan
tersebut yaitu:
-
Perubahan pada placenta dengan bercak-bercak pada lapisan
permukaan chorion.
-
Cairan janin terlihat keruh berwarna kuning coklat dan
kadang bercampur dengan nanah.
-
Pada hewan jantan ditemukan proses pernanahan pada
testikelnya, diikuti dengan nekrose.
F.
Tindakan Pencegahan
dan Penanggulangan Penyakit Brucelosis
Usaha-usaha pencegahan yang harus dilakukan,
agar hewan ternak tidak terkena penyakit brocellosis, yaitu:
-
Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No 828 Tahun 1998
tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Hewan Keluron Menular (Brucellosis) pada
ternak, metode penberantsan dilakukan dengan cara test dan laugher (pemotongan
bersyarat).
-
Pengawasan lalu lintas ternak dilakukan secara seksama
dan terus menerus agar bebas dari penyakit, khususnya brucellosis. Ternak yang
masuk ke suatu wilayah harus lengkap dengan Surat Keteranagn Negatif
Brucellosis.
-
Tindakan sanitasi, contohnya adalah: sisa abortus
dihapushamakan, fetus dan placenta dibakar, bahan-bahan yang biasa dipakai
didesinfeksi dengan desinfektan (phenol dan kresol), hindarkan perkawinan
antara pejantan dengan betina yang mengalami keluron, anak-anak hewan ternak
yang lahir dari induk penderita brucellosis sebaiknya diberi susu dari induk
yang bebas brucellosis, hewan penderita pada sapi perah dilaksanakan pemotongan
bersyarat dan peralatannya harus dicuci dan dihapusmusnahkan, ternak pengganti
jangan segera dimasukkan, dan kandang-kandang ternak penderita dibersihkan
sampai steril.
-
Ternak pengganti yang tidak punya sertifikat bebas
brucellosis dapat dimasukan bila setelah diuji serologis negatif dari bakteri
brucella. Sedangkan yang mempunyai sertifikat bebas brucellosis dilakukan uji
serologis dalam selang waktu 50 sampai 100 hari setelah dimasukan dalam
kelompok ternak yang bebas dari penyakit.
-
Dengan melakukan perkawinan hewan ternak secara
inseminasi buatan, agar menghasilkan keturunan hewan ternak yang sehat.
-
Vaksinasi strain 19 pada usia 3-7 bulan untuk mencegah
penyakit brucellosis pada sapi.
-
Pemberian antiseptik dan antibiotik pada hewan yang
sakit, apabila terdapat gejala brucellosis segera lakukan penanganan khusus
atau diperiksa ke ahli.
-
Hewan ternak yang baru dibeli di karantina, diperiksa dan
diuji terlebih dahulu, setelah dipelihara dirawat dengan layak, karena apabila
sudah terkena penyakit brucellosis belum ada obat yang efektif untuk pengobatan
penyakit ini.
Penanggulangan yang harus dilakukan apabila terdapat
kasus hewan ternak yang sudah terkena penyakit brucellosis, yaitu:
-
Ternak penderita brucellosis ditempatkan di tempat yang
terpisah dari ternak yang sehat.
-
Untuk pencegahan penularan pada ternak sehat maka ternak
penderita brucellosis harus secepatnya dipotong bersyarat. Seluruh organ dalam,
kelenjar getah bening, ambing dan tulang harus dimusnahkan dengan dibakar.
PENUTUP
Kesimpulan
Penyakit brucellosis
yaitu penyakit reproduksi, keguguran/keluron menular yang disebabkan oleh
mikroorganisme berupa bakteri brucella yang dapat menyerang hewan ternak.
Gejala klinis
hewan yang terkena penyakit brucellosis yaitu demam dan kguguran/keluron, keluar
cairan dari vagina yang bersifat infeksius dan berwarna keruh,, perubahan
ambing, lesi higromata di sekitar lutut, produksi air susu pada sapi menurun
drastis dan testis pada jantan mengalami orhkitis dan epididimitis.
Cara penularan
penyakit brucellosis yaitu melalui air dan pakan yang terinfeksi bakteri
brocella, saluran kelamin dari perkawinan, saluaran pencernaan, saluran selaput
lendir, kulit yang terkena luka, air susu induk yang diminum oleh anaknya, dan kandang dan alat yang
terkena bakteri brucella.
Pencegahan dan
penanggulangan penyakit brucllosis yaitu dengan pengawasan lalu lintas ternak, tindakan
sanitasi, certifikat bebas penyakit pada hewan ternak seperti sapi, menghindari
kontak langsung dengan hewan penderita brucellosis, vaksinasi, pemberian
antiseptik dan antibiotik, perkawinan hewan ternak secara inseminasi buatan,
ternak yang baru di karantina, diperiksa dan diuji terlebih dahulu, penderita
brucellosis dijauhkan dari hewan yang seha atau lakukan pemotongan bersyarat.
Referensi
Anonim. (2011). Penyakit Hewan Brucellosis. From http://www.disnak.jabarprov.go.id/index.php?mod=penyakitHewan&idMenukiri=551&idMenu=554/, 22 April 2012.
Anonin. (2011). Penyakit Brucellosis Pada Ternak. From http://www.deptan.go.id/dinakkeswan_jateng/detaildata.php?id=273, 22 April 2012.
Anonim. (2012). Brucellosis (Penyakit Keluron Menular Pada
ternak). From http://reeduanei.info/2012/03/brucellosis-penyakit-keluron-menular-pada-ternak/, 22 April 2012.
DITJENNAK. 1981.
Penyakit Keluron Menular (Brucellosis).
Pedoman Pengendalian Penyakit Menular.
Bina Direktorat Kesehatan Hewan.Dirjen Peternakan. Jakarta.
Ingin
mendapatkan informasi yang lebih lengkap
dari artikel di atas, silahkan kunjungi sumbernya LayarGadget.