DINAMIKA POPULASI
Oleh:
Asep
Edwin Nurcitakara
Mahasiswa
FKIP Biologi
Universitas
Galuh
ABSTRAK
Pengetahuan tentang populasi
sebagai bagian dari pengetahuan ekologi telah berkembang menjadi semakin luas.
Dinamika populasi tampaknya telah berkembang menjadi pengetahuan yang dapat
berdiri sendiri. Dalam perkembangannya pengetahuan itu banyak mengembangkan
kaidah-kaidah matematika terutama dalam pembahasan kepadatan dan pertumbuhan
populasi. Pengembangan kaidah-kaidah matematika itu sangat berguna untuk
menentukan dan memprediksikan pertumbuhan populasi organisme di masa yang akan
datang. Penggunaan kaidah matematika itu tidak hanya memperhatikan pertumbuhan
populasi dari satu sisi yaitu jenis organisme yang di pelajari, tetapi juga
memperhatikan adanya pengaruh dari faktor-faktor lingkungan, baik biotik maupun
abiotik. Pengetahuan tentang dinamika populasi menyadarkan orang untuk
mengendalikan populasi dari pertumbuhan meledak ataupun punah.
Populasi
juga mempunyai sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh, mendadakan pembedaan dan
memelihara diri seperti yang di lakukan organisme. Di samping itu populasi juga
mempunyai organisasi dan struktur yang dapat dilukiskan. Tetapi ada kalanya
dalam praktek sehari-hari, pengertian populasi itu dinyatakan dalam pengertian
heterospesies dan polispesies.
Kelangkaan
suatu hewan dapat ditinjau dari aspek kelimpahan, tepatnya intensitas
(kerapatan) dan prevalensi menunjukkan jumlah atau ukuran area-area yang di
tempati spesies itu atau cacah dan besarnya daerah yang dialami oleh makhluk di
dalam kawasan secara keseluruhan.
Kata Kunci: populasi, ekologi, dinamika, organisme, biotik, abiotik, intensitas.
1. PENDAHULUAN
Dinamika Populasi Merupakan
ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi. Hal ini tentu
berkaitan dengan parameter populasi. Khusus di dalam pengaturan kerapatan
populasi dikenal adanya mekanisme “density dependent” (mekanisme yang
bergantung kepada kerapatan) dan mekanisme “density independent” (mekanisme
yang tak bergantung pada kerapatan).
Secara umum,
aspek-aspek yang dipelajari dalam dinamika populasi adalah:
1.
Populasi
sebagai komponen dari sistem lingkungan.
2.
Perubahan
jumlah individu dalam populasi.
3.
Tingkat
penurunan, peningkatan, penggantian individu dan proses yang menjaga kestabilan
jumlah individu dalam populasi.
4.
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap perubahan jumlah individu dalam populasi.
2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Populasi
Populasi
adalah kumpulan dari individu-individu yang terdiri dari satu spesies yang
bersama sama menempati luas wilayah yang sama, mengandalkan sumber daya yang
sama, dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan sama serta memiliki kemungkinan
yang tinggi untuk berinteraksi satu sama lain (Gunawan Susilowarno).
Populasi
ialah kumpulan dari organisma-organisma sejenis yang dapat berbiak silang
sedangkan komunitas atau bisa juga diartikan sebagai kumpulan dari beberapa
populasi yang hidup di suatu areal tertentu (Chairani Hanum).
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang,
benda-benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau kumpulan
seluruh objek yang menjadi perhatian (Siti Resmi).
Populasi adalah
kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Pengertian ini dikemukakan untuk
menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme dapat tersebar luas
di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan
perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah.
Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya
dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi
genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut populasi
Dalam penyebarannya individu-individu itu dapat berada dalam kelompok-kelompok,
dan kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan yang lain. Pemisahan
kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi geografis atau kondisi cuaca
yang menyebabkan individu antar kelompok tidak dapat saling berhubungan untuk
melakukan tukar menukar informasi genetik. Populasi-populasi yang hidup secara
terpisah ini di sebut deme. Sebagai contoh, populasi banteng di Pulau Jawa
terpisah menjadi dua subpopulasi, yang satu terdapat di kawasan Taman Nasional
Baluran yang terletak di ujung timur, yang lain terdapat di kawasan Taman
Nasional Ujung Kulon yang berada di ujung barat Pulau Jawa. Jika isolasi
geografis atau cuaca itu menyebabkan hewan sama sekali tidak dapat melakukan
pertukaran informasi genetik, maka antara kelompok yang satu dengan yang lain
bisa terdapat variasi-variasi genetik sebagai akibat seleksi alam yang terjadi
di tempat masing-masing. Namun, jika ada kejadian yang memungkinkan dua
populasi yang terpisah dapat bersatu, pertukaran informasi genetik dapat
berlangsung.
2.2 Ciri-Ciri Dasar Populasi
Ada dua ciri dasar
populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai oleh
individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang
merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang
berinteraksi satu dengan lainnya
1.
Ciri-ciri
biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi,
antara lain :
a.
Mempunyai
struktur dan organisasi tertentu, yang si fatnya ada yang konstan dan ada pula
yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)
b.
Ontogenetik,
mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, menjadi tua=
senessens, dan mati)
c.
Dapat
dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan
lingkungan
d.
Mempunyai
hereditas
e.
Terintegrasi
oleh faktor- faktor hereditaa oleh faktor- fektor herediter (genetik) dan
ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran
reproduktif dan persistensi. Persistensi dalam hal ini adalah adanya
kemungkinan untuk meninggalkan keturunanuntuk waktu yang lama.
2.
Ciri-
ciri statistik
Ciri- ciri statistik
merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan pada individu,
melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu itu sendiri,
antara lain:
a.
Kerapatan
(kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter- parameter utama yang
mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi, emigrasi.
b.
Sebaran
(agihan, struktur) umur
c.
Komposisi
genetik (“gene pool” = ganangan gen)
d.
Dispersi(sebaran
individu intra populasi.
2.3 Kerapatan
Populasi dan Cara Pengukurannya
Kerapatan populasi
adalah ukuran besar populasi yang berhubungan dengan satuan ruang (area), yang
umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah (cacah) individu dan biomasa
persatuan luas, persatuan isi( volume) atau persatuan berat medium lingkungan
yang ditempati. Misalnya, 50 individu tikus sawah per hektar, 300 individu
keratela sp (zooplankton) per meter kubik air, 3 ton udang per hektar luas
permukaan tambak, atau 50 individu afik( kutu daun) per daun.
Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya tergantung
kepada jenis apa dari organisme yang terlibat tetapi tergantung kepada
jumlahnya atau kerapatan populasinya kadang kala penting untuk membedakn
kerapatan kasar dari kerapatan ekologi( kerapatanspesifik.
Kerapatan kasar adalah kerapatan yang didasarkan atas kesatuan ruang total,
sedangkan kerapatan ekologi adalah kerapatan yang didasarkan atas ruang yang
benar- benar (sesungguhnya) ditempati (mikrohabitat). Contoh : kerapatan afik
(kutu daun) per pohon dibandingkan dengan kerapatan afik per daun,
Lebih lanjut, kerapatan populasi suatu hewan dapat dinyatakan dalam bentuk
kerapatan mutlak(absolut) dan kerapatan nisbi( relatif). Pada penafsiran
kerapatan mutlak diperoleh jumlah hewan per satuan area, sedangkan pada
penafsiran kerapatan nisbi nisbi hal itu tidak diperoleh, melainkan hanya akan
menghasilkan suatu indeks kelimpahan (lebih banyak atau sedikit, lebih
berlimpah atau kurang berlimpah).
Pengukuran kerapatan populasi kebanyakan dilakukan dengan sensus atau metode
menggunakan sample (sampling).
A. Kerapatan
mutlak
Pengukuran kerapatan mutlak dapat dilakukan dengan cara:
1.
Pencacahan
Total (perhitungan menyeluruh)
Metode ini disebut
juga sensus yang digunakan untuk mengetahui jumlah nyata dari individu yang
hidup dari suatu populasi. Metode ini biasanya diterapkan kepada daerah yang
sempit pada hewan yang hidupnya menetap,misalnya porifera dan binatang karang.
Metode ini juga dapat digunakan untuk menentukan populasi hewan
yang berjalan lambat, misalnya jenis hewan dari coelenterata, siput air dan
lain- lain
2.
Metode
Sampling (cuplikan)
Pada metode ini,
pencacahan dilakukan pada suatu cuplikan (sample), yaitu suatu proporsi kecil
dari populasi dan menggunakan hasil cuplikan tersebut untuk membuat taksiran
kerapatan (kelimpahan) populasi.
Pemakaian metode ini
bersangkut paut dengan masalah penentuan ukurann dan jumlah cuplikan, oleh
karena itu bersangkut paut pula dengan metode- metode statistik.beberapa metode
pencuplikan yang digunakan antara lain:
3.
Metode
kuadrat
Pencuplikan dilakukan pada suatu
luasan yang dapat berbentuk bujur sangkar, persegi enam, lingkaran dan
sebagainya. Prosedur yang umum dipakai disini adalah menghitung semua individu
dari beberapa kuadrat yang diketahui ukurannya dan mengekstrapolasikan harga
rata- ratanya untuk seluruh area yang diselidiki.
4.
Metoda
menangkap- menandai- menangkap ulang
Metode ini dinamakan
juga dengan “mark-recapture”, metode ini mengambil tiga asumsi pokok, yaitu:
a.
Individu-
individu yang tidak bertanda maupun yang bertanda ditangkap secara acak.
b.
Individu-
individu yang diberi tanda mengalami laju mortalitas yang sama seperti yang
tidak bertanda.
c.
Tanda-
tanda yang dikenakan pada individu tidak hilang ataupun tidak tampak.
5.
Metode
removal (pengambilan)
Metode ini umum
digunakan untuk menaksir besar populasi mamalia kecil. Asumsi- asumsi dasar
yang digunakan dalm metode pengambilan adalah sebagai berikut:
1.
Populasi
tetap stasioner selama periode penangkapan.
2.
peluang
setiap individu populasi untuk tertangkap pada setiap perioda panangkapan
adalah sama.
3.
probabilitas
penangkapan individu dari waktu selama perioda penangkapan adalah sama.
B. Pengukuran
kerapatan nisbi (relatif)
Beberapa diantara
pengukuran kelimpahan relatif adalah sebagai berikut :
·
Menggunakan
perangkap
·
Menggunakan
jala
·
Menghitung
jumlah felet faeses
·
Frekuensi
vokalisasi, indeks kelimpahan populasi dinyatakan sebagai frekuensi bunyi
persatuan waktu
·
Tangkapan
persatuan usaha
·
Jumlah
artifakta
·
Daya
makan
·
Kuesioner
·
Sensus
tepi jalan
·
Umpan
manusia
2.4 Parameter
Utama Populasi
1.
Natalitas
Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau ntukmeningkatkan jumlahnya,
melalui produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari teliu
melalui aktifitas perkembangan.
Laju natalitas: jumlah individu
baru per individu atau per betina per satuan waktu.
Ada dua aspek yang berkaitan
dengan natalitas ini antara lain :
A.
fertilitas
Tingkat kinerja
perkembangbiakan yang direalisasikan dalm populasi, dan tinggi rendahnya aspek
ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau jumlah anak yang
dilahirkan.
B.
fekunditas
Tingkat kinerja
potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.
Dalam ekologi dikenal
dua macam natalitas yaitu:
a.
natalitas
maksimum= n. mutlak (absolut)=n.
b.
natalitas
ekologi= pertambahan populasi dibawah kondisi lingkungan yang spesifik atau
sesungguhnya.
2.
Mortalitas
Menunjukkan kematian
individu dalam populasi. Juga dapat dibedakan dalam dua jenis yakni:
A.
Mortalitas
ekologik = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya individu dibawah
kondisi lingkungan tertentu.
B.
Mortalitas
minimum(teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi lingkungan yang ideal,
optimum dan mati semata- mata karena usia tua.
3.
Emigrasi,
imigrasi dan migrasi.
Ketiga istilah diatas
bersangkut paut dengan perpindahan.
·
Emigrasi
: perpindahan keluar dari area suatu populasi.
·
Imigrasi
: perpindahan masuk ke dalam suatu area populasi dan mengakibatkan
meningkatkan kerapatan
·
Migrasi
: menyangkut perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan kembali dari
populasi.
2.5 Distribusi
Individu dalam Populasi
Distribusi individu
dalam populasi, sering kali disebut sebagai dispersi atau pola penjarakan (pola
penyebaran) secara umum dapat di bedakan atas 3 pola utama yaitu:
1.
Acak
(Random)
Pada pola sebaran ini
peluang suatu individu untuk menempati sesuatu situs dalam area yang di tempati
adalah sama, yang memberikan indikasi bahwa kondisi lingkungan bersifat
seragam. Keacakan berarti pula bahwa kehadiran individu lainnya. Dalam sebaran
statistik, sebaran acak ini ditunjukkan oleh varians (s2) yang sama dengan
rata-rata (x).
2.
Teratur
(Seragam, unity):
Pola sebaran ini
terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi terjadi persaingan
yang keras atau ada antagonisme positif oleh adanya teritori-teritori terjadi
penjarakan yang kurang lebih merata. Pola sebaran teratur ini relatif jarang
terdapat di alam. Lewat pendekatan statistik, pola sebaran teratur ini di
tunjukkan oleh varians (s2) yang lebih kecil dari rata-rata (x)
3.
Mengelompok
(Teragregasi, Clumped)
Merupakan pola sebaran
yang relatif paling umum terdapat di alam pengelompokan itu sendiri dapat
terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-lain.
Lewat pendekatan statistik, pola sebaran menelompok ini varians (s2) yang lebih
besar dari rata-rata (x)
2.6 Struktur
Umur Populasi
Untuk menggambarkan
sebaran umur dalam populasi, dapat di lakukan dengan mengatur data kelompok
usia dalam bentuk suatu poligon atau piramida umur. Dalam hal ini jumlah
individu atau persentase jumlah individu dari tiap kelas usia di gambarkan
sebagai balok-balok horizontal dengan panjang relatif tertentu. Secara
hipotesis, ada tiga bentuk piramida umur populasi, yakni :
1.
Populasi
yang sedang berkembang
2.
Populasi
yang stabil
3.
Populasi
yang senesens (tua)
Piramida Ekologi
Struktur trofik pada
ekosistem dapat disajikan dalam bentuk piramida ekologi. Ada 3 jenis piramida
ekologi, yaitu piramida jumlah, piramida biomassa, dan piramida energi.
a.
Piramida
jumlah
Organisme dengan
tingkat trofik masing - masing dapat disajikan dalam piramida jumlah, seperti
kita Organisme di tingkat trofik pertama biasanya paling melimpah, sedangkan
organisme di tingkat trofik kedua, ketiga, dan selanjutnya makin berkurang.
Dapat dikatakan bahwa pada kebanyakan komunitas normal, jumlah tumbuhan selalu
lebih banyak daripada organisme herbivora. Demikian pula jumlah herbivora
selalu lebih banyak daripada jumlah karnivora tingkat 1. Kamivora tingkat 1
juga selalu lebih banyak daripada karnivora tingkat 2. Piramida jumlah ini di
dasarkan atas jumlah organisme di tiap tingkat trofik.
b.
Piramida
biomassa
Seringkali piramida
jumlah yang sederhana kurang membantu dalam memperagakan aliran energi dalam
ekosistem. Penggambaran yang lebih realistik dapat disajikan dengan piramida
biomassa. Biomassa adalah ukuran berat materi hidup di waktu tertentu. Untuk
mengukur biomassa di tiap tingkat trofik maka rata-rata berat organisme di tiap
tingkat harus diukur kemudian barulah jumlah organisme di tiap tingkat
diperkirakan.
Piramida biomassa
berfungsi menggambarkan perpaduan massa seluruh organisme di habitat tertentu,
dan diukur dalam gram. Untuk menghindari kerusakan habitat maka biasanya
hanya diambil sedikit sampel dan diukur, kemudian total seluruh biomassa
dihitung. Dengan pengukuran seperti ini akan didapat informasi yang lebih
akurat tentang apa yang terjadi pada ekosistem.
c.
Piramida
energi
Seringkali piramida
biomassa tidak selalu memberi informasi yang kita butuhkan tentang ekosistem
tertentu. Lain dengan Piramida energi yang dibuat berdasarkan observasi yang
dilakukan dalam waktu yang lama. Piramida energi mampu memberikan gambaran
paling akurat tentang aliran energi dalam ekosistem.
Pada piramida energi
terjadi penurunan sejumlah energi berturut-turut yang tersedia di tiap tingkat
trofik. Berkurang-nya energi yang terjadi di setiap trofik terjadi karena
hal-hal berikut.
1.
Hanya
sejumlah makanan tertentu yang ditangkap dan dimakan oleh tingkat trofik selanjutnya.
2.
Beberapa
makanan yang dimakan tidak bisa dicemakan dan dikeluarkan sebagai sampah.
3.
Hanya
sebagian makanan yang dicerna menjadi bagian dari tubuh organisme.
Faktor-faktoryang mempengaruhi
penyebaran populasi:
·
Distribusi
sumberdaya
·
Perilaku
sosial (pada hewan)
·
Faktor
lain (interaksi organisme, tempat berlindung, oksigen terlarut, dll)
Kepadatan dan pola
penyebaran populasi merupakan faktor penting untuk analisis dinamika populasi.
2.7 Pertumbuhan Populasi
Suatu populasi akan
mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di dalam populasi itu lebih besar
dar laju kematian, dengan mengasumsikan bahwa laju emigrasi.
Dikenal dua macam
bentuk pertumbuhan populasi, yakni bentuk pertumbuhan eksponensial dan bentuk
pertumbuhan sigmoid.
1.
Pertumbuhan
Eksponensial
Pertumbuhan populasi
bentuk eksponensial ini terjadi bilamana populasi ada dalam sesuatu lingkungan
ideal baik, yaitu ketersediaan makanan, ruang dan kondisi lingkungan lainnya
tidak beroperasi membatasi, tanpa da persaingan dan lain sebagainya. Pada pertumbuhan
populasi yang demikian kerapatan bertambah dengan cepat secara eksponensial dan
kemudian berhenti mendadak saat berbagai faktor pembatas mulai berlaku
mendadak.
2.
Pertumbuhan
Sigmoid
Pada pertumbuhan
populasi yang berbentuk sigmoid ini, populasi mula-mula meningkat sangat lambat
(fase akselerasi positif). Kemudian makin capet sehingga mencapai laju
peningkatan secara logaritmik (fase logaritmik), namun segera menurun lagi
secara perlahan dengan makin meningkatnya pertahanan lingkungan, misalnya yang
berupa persaingan intra spesies (fase akselerasi negatif) sehingga akhirnya
mencapai suatu tingkat yang kurang lebih seimbang (fase keseimbangan). Tingkat
populasi yang merupakan asimptot atas dari kurva sigmod, yang menandakan bahwa
populasi tidak dapat meningkat lagi di sebut daya dukung (K= suatu konstanta).
Jadi daya dukung suatu habitat adalah tingkat kelimpahan populasi maksimal
(kerapatan jumlah atau biomasa) yang kelulus hidupannya dapat di dukung oleh
habitat tersebut.
Faktor pembatas pertumbuhan
populasi :
·
Tergantung
kepadatan : makanan dan ruangan
·
Tidak
tergantung kepadatan :iklim dan bencana alam
Faktor pembatas menyebabkan
spesies menerapkan strategi untuk bertahan hidup.
2.8 Kelangkaan
Hewan
Kelangkaan suatu hewan
dapat ditinjau dari aspek kelimpahan, tepatnya intensitas (kerapatan) dan
prevalensi menunjukkan jumlah atau ukuran area-area yang di tempati spesies itu
atau cacah dan besarnya daerah yang dialami oleh makhluk di dalam kawasan
secara keseluruhan.
Suatu spesies hewan
yang prevalensinya tinggi (prevalen) dapat lebih sering dijumpai, sebab daerah
penyebarannya luas, maka lebih sering dijumpai, sebab daerah penyebarannya
luas, maka lebih mudah di jumpai dimana-mana. Berbada halnya dengan suatu
spesies yang prevalensinya rendah, karena daerah penyebarannya sempit hanya
dapat di jumpai pada tempat-tempat tertentu saja (terlokalisasi).
Adapun faktor-faktor
penyebab punahnya hewan yang berkaitan dengan tindakan manusia itu
antara lain sebagai berikut:
1.
Habitat
hilang atau mengalami degradasi
Manusia banyak
mengganggu habitat dalam melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Gangguan habitat itu ada yang sampai menyebabkan habitat hilang, ada yang
mengalami degradasi dan paling tidak ada habitat yang terganggu. Beberapa
contoh habitat yang hilang, rusak atau terganggu karena terganggu oleh
perbuatan manusia adalah sebagai berikut.
a)
Hutan
di tebang untuk di jadikan daerah pemukiman. Ini merupakan contoh hilangnya
habitat. Perubahan hutan menjadi daerah perumahan, terutama perumahan di daerah
perkotaan menyebabkan pohon-pohonan dan tumbuhan lain di tebang habis.
b)
Kerusakan
terumbu karang karena ledakan dinamit yang di gunakan orang untuk menangkap
ikan. Penangkapan ikan dengan menggunakan dinamit pada umumnya di lakukan di
daerah yang dangkal yang banyak di huni oleh hewan-hewan karang. Ledakan
dinamit di tempat tersebut dapat merusak terumbu karang
2.
Fragmentasi
habitat
Pembuatan jalan,
pengembangan daerah pertanian dan pembuatan daerah pemukiman di lingkungan
habitat yang luas tidak menghilangkan habitat secara keseluruhan. Jalan,
perkebunan, dan kota yang di bangun orang menyebabkan habitat
terpisah-terpisah. Pemisahan itu menyebabkan habitat terpecah menjadi
kecil-kecil, sehingga menyebabkan hewan terkungkung pada lingkungan sempit yang
tidak memungkinkan hewan tumbuh dan berkembangbiak secara optimal.
3.
Pemburuan
komersial.
Pemburuan komersial
adalah pemburuan binatang sebagai upaya untuk memperoleh penghasilan bukan
untuk rekreasi.
4.
Faktor
lain
Di negara-negara yang
wilayahnya luas, misalnya Amerika Serikat, jalan raya yang menghubungkan kota
dengan kota lain amat panjang. Jalan itu melintasi tempat-tempat yang masih di
huni oleh hewan liar, masalnya hutan dan padang rumput. Jalan itu memisahkan
kawasan tersebut menjadi dua bagian, yaitu di kiri dan di kanan jalan.
Hewan-hewan liar yang hidup di kawasan itu sering kali menyeberang jalan pada
malam hari. Di antara hewan-hewan itu banyak yang terlindas kendaraan yang
melintas di jalan tersebut.
3. KESIMPULAN
Populasi adalah
individu-individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya dapat
melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi genetik
dinyatakan sebagai satu kelompok.
Ada dua ciri dasar
populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai oleh
individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang
merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang
berinteraksi satu dengan lainnya
Ukuran populasi
menyatakan banyaknya individu anggota populasi di suatu daerah tertentu.
Jika daerah penyebaran populasi luas sehingga pengukuran populasi secara
menyeluruh sulit di lakukan, besarnya ukuran populasi yang di gunakan adalah
kepadatan populasi, yang menyatakan individu persatuan luas tertentu. Ukuran
dan kepadatan populasi dapat di ukur dengan metode sensus, sampling atau
pengukuran nisbi.
Populasi dapat tumbuh
cepat atau lambat. Kecepatan pertumbuhan populasi di tentukan dengan perbedaan
angka kelahiran dan angka kematian. Kecepatan pertumbuhan populasi itu di
pengaruhi oleh jumlah kematian sebelum mencapai umur reproduktif, dan ketahanan
hidup pada umur tertentu.
4. REFERENSI
1.
Tim
Dosen. 2012. Ekologi Hewan. Ciamis : FKIP Biologi Universitas Galuh
2.
Southwood.
1971. Ekologi Umum. Angkasa. Bandung.
5.
http://widyadyas.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
Ingin
mendapatkan informasi yang lebih lengkap
dari artikel di atas, silahkan kunjungi sumbernya LayarGadget.