2.1
Jenis Budaya
Globalisasi Yang Mempengaruhi Pergaulan Remaja
Seiring dengan
semakin berkembangnya kemajuan zaman dan teknologi, banyak diantaranya yang
menimbulkan pengaruh negatif terhadap perkembangan remaja saat ini. Adapun
pengaruh budaya ini salah satunya disebabkan dengan munculnya berbagai macam
media elektronik dan media cetak. Kedua media ini sangat berpengaruh terhadap
pendidikan, tingkah laku dan kepribadian remaja. Kalau orang tua tidak
berhati-hati dan waspada terhadap kedua media ini, maka tidak jarang
anak-anaknya akan tumbuh menjadi remaja sebagai mana yang ia peroleh dari kedua
media ini.
2.1.1
Radio dan
Televisi
Dunia telah
terbuka lebar bagi kita, dan dunia pun sudah berada di hadapan kita, bahkan di
depan mata kita melalui beragam chenel TV. Sarana-sarana informasi, baik
melalui beragam radio dan televisi memiliki pengaruh yang sangat berbahaya
dalam merusak pendidikan anak.
Dari sisi lain,
radio dan televisi sebagai sumber berita, wahana penebar wacana baru, menimba
ilmu pengetahuan dan menanamkan pola pikir pada anak. Namun kedua media itu
juga menjadi sarana efektif dan senjata pemusnah massal para musuh Islam untuk
menghancurkan nilai-nilai dasar Islam dan kepribadian islami pada generasi
muda, karena para musuh selalu membuat rencana dan strategi untuk menghancurkan
para pemuda Islam, baik secara sembunyi maupun terang-terangan.
Yahudi sangat
bersungguh-sungguh dalam menjerat generasi muda, terutama anak-anak. Mereka
berhasil menebarkan racun kepada generasi muda dan anak-anak melalui tayangan
film-film horor atau mistik yang mengandung unsur kekufuran dan kesyirikan.
Acara televisi dapat
menghancurkan kepribadian dan akhlak anak, serta merobohkan sendi-sendi aqidah
yang telah tertanam kokoh, sehingga para pemuda menjadi generasi yang labil dan
lemah, tidak memiliki kepribadian. Oleh karena itu, orang tua harus
berhati-hati dan waspada terhadap bahaya televisi.
2.1.2
Internet
Dari hari ke
hari, semakin nampak jurang pemisah antara peradaban barat dan fitrah manusia.
Setiap orang yang menggunakan hati kecil dan pendengarannya dengan baik, pasti
ia akan menyaksikan, betapa budaya barat telah merobek dan mencabik-cabik nilai
kemanusiaan, seperti dalam hal internet. Media ini telah menyumbangkan dampak
negatif, sebab bahaya yang timbul dari internet lebih banyak daripada
manfaatnya. Bahkan media ini sudah mengenyampingkan nilai kemuliaan dan
kesucian dalam kamus kehidupan manusia.
Misalnya, ada
suatu situs khusus yang menampilkan berbagai gambar porno, sehingga dapat
menjerat setiap muda mudi dengan berbagai macam perbuatan keji dan kotor.
Akibat yang ditimbulkan ialah kehancuran.
Inilah perang pemikiran yang paling dahsyat dan berbahaya yang dicanangkan Yahudi untuk menghancurkan nilai Islam dan generasi muslim. Banyak negara-negara Eropa dan Arab merasa sangat terganggu dan mengalami berbagai kenyataan pahit akibat kehadiran media internet ini.
Inilah perang pemikiran yang paling dahsyat dan berbahaya yang dicanangkan Yahudi untuk menghancurkan nilai Islam dan generasi muslim. Banyak negara-negara Eropa dan Arab merasa sangat terganggu dan mengalami berbagai kenyataan pahit akibat kehadiran media internet ini.
2.1.3
Telepon
Manfaat telepon
pada zaman sekarang ini tidak diragukan lagi, dan bahkan telepon telah mampu
menjadikan waktu semakin efektif, informasi semakin cepat dan berbagai macam
usaha ataupun pekerjaan mampu diselesaikan dalam waktu sangat singkat. Dalam
beberapa detik saja, anda mampu menjangkau seluruh belahan dunia. Namun sangat
disayangkan, ternyata kenikmatan tersebut berubah menjadi petaka dan bencana
yang menghancurkan rumah tangga umat Islam.
Telepon, jika
tidak digunakan sesuai dengan manfaatnya, maka tidak jarang justru akan
menimbulkan bencana yang besar bagi keluarga muslim. Seringkali kejahatan
menimpa keluarga muslim berawal dari telepon, baik berupa penipuan, pembunuhan,
maupun perzinaan. Dan yang sering terjadi, baik pada remaja maupun orang
dewasa, yaitu hubungan yang diharamkan bermula dari telepon. Karena dengan
telepon, kapan saja hubungan bisa terjalin dengan mudah, apalagi sekarang, alat
ini semakin canggih dan biayapun semakin murah.
2.2
Pengaruh Budaya Globalisasi Terhadap Budaya Bangsa
Arus
globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya
bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata
menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai
pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan
Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri
sendiri. Budaya Indonesia yang dulunya
ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya
pergaulan bebas.
Saat ini,
ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan-kebudayaan di daerah
semakin lenyap di masyarakat, bahkan hanya dapat disaksikan di televisi.
Padahal kebudayaan-kebudayaan daerah, bila dikelola dengan baik selain dapat
menjadi pariwisata budaya yang menghasilkan pendapatan untuk pemerintah baik
pusat maupun daerah, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi
masyarakat sekitarnya. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah
dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu
budaya bangsa).
Selain itu
sering terdengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur
bahasa, bahkan kata-kata makian (umpatan). Kata-kata ini disebarkan melalui
media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya
gaya hidup dan fashion.
Gaya berpakaian remaja Indonesia
yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti
perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar
memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya
perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang
ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia.
2.3
Cara Mengantisipasi Adanya
Globalisasi Kebudayaan
Peran
kebijaksanaan pemerintah yang lebih mengarah kepada pertimbangan-pertimbangan
ekonomi daripada kultural atau budaya dapat dikatakan merugikan suatu
perkembangan kebudayaan. Jennifer Lindsay (1995) dalam bukunya yang berjudul
‘Cultural Policy And The Performing Arts In South-East Asia’, mengungkapkan
kebijakan kultural di Asia Tenggara saat ini secara efektif mengubah dan
merusak seni-seni pertunjukan tradisional, baik melalui campur tangan,
penanganan yang berlebihan, kebijakan-kebijakan tanpa arah, dan tidak ada
perhatian yang diberikan pemerintah kepada kebijakan kultural atau konteks
kultural.
Untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak dikehendaki terhadap keaslian dan
perkembangan yang murni bagi budaya bangsa, maka pemerintah perlu mengembalikan
fungsi pemerintah sebagai pelindung dan pengayom budaya tanpa harus turut campur
dalam proses estetikanya.
Globalisasi
informasi dan budaya yang terjadi menjelang millenium baru seperti saat ini
adalah sesuatu yang tak dapat dielakkan. Kita harus beradaptasi dengannya
karena banyak manfaat yang bisa diperoleh. Harus diakui bahwa teknologi
komunikasi sebagai salah produk dari modernisasi bermanfaat besar bagi
terciptanya dialog dan demokratisasi budaya secara masal dan merata.
Globalisasi
mempunyai dampak yang besar terhadap budaya. Kontak budaya melalui media massa
menyadarkan dan memberikan informasi tentang keberadaan nilai-nilai budaya lain
yang berbeda dari yang dimiliki dan dikenal selama ini. Kontak budaya ini
memberikan masukan yang penting bagi perubahan-perubahan dan
pengembangan-pengembangan nilai-nilai dan persepsi dikalangan masyarakat yang
terlibat dalam proses ini. Kesenian bangsa Indonesia yang memiliki kekuatan
etnis dari berbagai macam daerah juga tidak dapat lepas dari pengaruh kontak
budaya ini. Sehingga untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan diperlukan pengembangan-pengembangan yang bersifat global
namun tetap bercirikan kekuatan lokal atau etnis.
Globalisasi
budaya yang begitu pesat harus diantisipasi dengan memperkuat identitas
kebudayaan nasional. Berbagai kesenian tradisional yang sesungguhnya menjadi
aset kekayaan kebudayaan nasional jangan sampai hanya menjadi alat atau slogan
para pemegang kebijaksanaan, khususnya pemerintah, dalam rangka keperluan
turisme, politik dsb. Selama ini pembinaan dan pengembangan kesenian
tradisional yang dilakukan lembaga pemerintah masih sebatas pada unsur
formalitas belaka, tanpa menyentuh esensi kehidupan kesenian yang bersangkutan.
Akibatnya, kesenian tradisional tersebut bukannya berkembang dan lestari, namun
justru semakin dijauhi masyarakat.
Untuk menghadapi hal-hal tersebut di
atas ada beberapa alternatif untuk mengatasinya, yaitu meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM ) bagi para seniman rakyat. Selain itu, mengembalikan peran aparat
pemerintah sebagai pengayom dan pelindung, dan bukan sebaliknya justru
menghancurkannya demi kekuasaan dan pembangunan yang berorientasi pada
dana-dana proyek atau dana-dana untuk pembangunan dalam bidang ekonomi saja.
2.4
Pandangan Islam Terhadap Pengaruh
Budaya Globalisasi
Bagaimana
umat Islam menanggapi globalisasi yang telah mengubah banyak hal dalam kehidupan
yang dipengaruhi budaya globalisasi?
Pihak yang
optimis melihat globalisasi sebagai peluang bagi umat Islam untuk memberikan
kontribusi sumbangan pemikiran agar Islam bisa diterima oleh peradaban global
yang kini dominan. Akber S. Ahmed, adalah representasi dari sikap optimis
semacam ini.
Ahmed
menguraikan temuannya ini dalam kapasitasnya sebagai intelektual Muslim yang
banyak terlibat dengan media Barat sehingga tidak heran kalau realitas
posmodernisme baginya adalah realitas media. Dalam hal ini, Ahmed memposisikan
diri sebagai seorang posmodernis afirmatif.
Hal ini bisa
terlihat dari kegirangannya untuk menyambut semangat pluralisme-posmodernisme
yang gaungnya di Barat sudah sangat kuat. Bila diterjemahkan dalam kontes
hubungan Barat dan Islam, bahwa pluralism posmodernisme menjanjikan situasi
yang lebih dialogis.
Globalisasi
media yang disokong jaringan korporasi modal internasional telah menembus
batasan kultural, geografis, dan negara sedemikian rupa sehingga beragam cara
pandang bertemu dalam tingkat yang intensif. Dengan dukungan ajaib teknologi,
media audio-visual bahkan mampu menghadirkan secara serentak beragam wacana
menjadi satu paket sajian media. Dalam media; ide filsafat, khotbah, agama,
fakta sejarah, science-fiction, dan budaya pop berkelindan menjadi satu.
Dalam Islam
in the Age of Postmodernity, posmodernisme telah menyentuh sisi terdalam
agama Islam; meliputi studi-studi Islam dan cara pandang para intelektual
Muslim. Para intelektual Muslim yang menularkan perubahan drastis dalam
paradigma studi Islam ini mayoritas berdiam di negeri-negeri Barat. Perubahan drastis
ini dinisbatkan kepada fenomena yang disebut ‘globalisasi’. Globalisasi identik
dengan perkembangan secara di ranah teknologi, transportasi, serta informasi
yang menyebabkan ujung dunia sekalipun bisa dijangkau dengan mudah.
Bagaimana
dengan internet? Menilik fenomena worldwide world atau yang populer
dengan nama internet, sangat menarik ketika fenonema ini dihubungkan dengan
keberadaan umat Islam yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Internet
memunculkan apa yang dinamakan “globalizing the local”, yakni memasukkan
wacana Islam normatif ke wacana Barat melalui teknologi informasi. Konteks ini
berbicara tentang diaspora umat Islam, terutama yang berimigrasi di Eropa dan
Amerika Utara. Mereka membangun komunitas Muslim yang solid di negara-negara
Barat, yang oleh Benedict Anderson disebut “creole” dari information
superhighway; aktor-aktor politik yang kekuatan politiknya terletak pada
adopsi yang mereka lakukan terhadap teknologi yang memungkinkan mereka untuk
mencetak secara elektronik dan mentransfer informasi. Internetlah yang telah
menjadikan diaspora umat Islam di negeri Barat mampu mengekspresikan keyakinan
agama. Hal ini semakin menguatkan identitas mereka sebagai Muslim.
Globalisasi
pada pokoknya berarti proses interkoneksi yang terus meningkat di antara
berbagai masyarakat sehingga kejadian-kejadian yang berlangsung di sebuah
negara mempengaruhi negara dan masyarakat lainnya. Dunia yang terglobalisasi
adalah dunia dimana peristiwa-peristiwa politik, ekonomi, budaya, dan sosial
semakin terjalin erat dan merupakan dunia dimana kejadian-kejadian tersebut
berdampak secara besar. Dengan kata lain, kebanyakan masyarakat dipengaruhi
secara ekstensif dan lebih intensif oleh peristiwa yang terjadi di masyarakat
lain. Peristiwa itu pada dasarnya berkaitan dengan kehidupan sosial, ekonomi,
dan politik.
Kesimpulan
Pengaruh
globalisasi disatu sisi ternyata menimbulkan pengaruh yang negatif bagi
kebudayaan bangsa Indonesia. Norma-norma yang terkandung dalam kebudayaan
bangsa Indonesia perlahan-lahan mulai pudar. Gencarnya serbuan teknologi
disertai nilai-nilai interinsik yang diberlakukan di dalamnya, telah
menimbulkan isu mengenai globalisasi dan pada akhirnya menimbulkan nilai baru
tentang kesatuan dunia.
Radhakrishnan
dalam bukunya Eastern Religion and Western Though (1924) menyatakan “Untuk
pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, kesadaran akan kesatuan dunia telah
menghentakkan kita, entah suka atau tidak, Timur dan Barat telah menyatu dan
tidak pernah lagi terpisah”. Artinya adalah bahwa antara barat dan timur tidak
ada lagi perbedaan. Atau dengan kata lain kebudayaan kita dilebur dengan
kebudayaan asing. Oleh karena itu perlu dipertahanan aspek sosial budaya
Indonesia sebagai identitas bangsa. Caranya adalah dengan penyaringan budaya
yang masuk ke Indonesia dan pelestarian budaya bangsa.
Saran
Dari hasil
pembahasan diatas, dapat dilakukan beberapa tindakan untuk mencegah terjadinya
pergeseran kebudayaan yaitu:
1.
Pemerintah perlu mengkaji ulang
perturan-peraturan yang dapat menyebabkan pergeseran budaya bangsa.
2.
Masyarakat perlu berperan aktif
dalam pelestarian budaya daerah masing-masing khususnya dan budaya bangsa pada
umumnya.
3.
Para pelaku usaha media massa perlu
mengadakan seleksi terhadap berbagai berita, hiburan dan informasi yang
diberikan agar tidak menimbulkan pergeseran budaya.
4.
Masyarakat perlu menyeleksi
kemunculan globalisasi kebudayaan baru, sehingga budaya yang masuk tidak merugikan
dan berdampak negatif.
5.
Masyarakat harus berati-hati dalam
meniru atau menerima kebudayaan baru yang masuk ke Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Adeney, Bernard T. 1995. Etika Sosial Lintas Budaya.
Yogyakarta: Kanisius. Al-Hadar Smith, “Syariah dan Tradisi Syi’ah Ternate”.
Fuad Hassan. “Pokok-pokok Bahasan Mengenai Budaya Nusantara Indonesia”. http://kongres.budpar.go.id/news/article/Pokok_pokok_bahasan.html.
Koenjaraningrat. 1990. Kebudayaan Mentalitas dan
Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Kuntowijoyo, Budaya Elite dan Budaya Massa dalam
Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan
1997.
Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam
Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan
Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia, Mizan 1997.