Ketika kita masih duduk di bangku SLTA ada satu peristiwa yang menarik untuk di ulas kembali, apalagi ini mengenai pengambilan jurusan di waktu menempuh pendidikan SLTA, sebab jurusan merupakan penentu langkah kita dalam mengambil kebijakan masa depan, sehingga ketepatan dalam mengambil jurusan di anggap penentu keberhasilan seorang pelajar. |
Di waktu SLTA ada dua jurusan yang sangat populer, bahkan uniknya kedua jurusan ini selalu dipertentangkan dan di pertanyakan keintelektualannya di banding jurusan yang lain. Pertanyaannya adalah pandai mana siswa IPA dengan IPS?.............kalau berbicara pandai mana antara jurusan IPA dengan IPS, tentu kita di hadapkan dengan sebuah nilai, biasanya anak yang mengambil jurusan IPA di lalui dengan tahapan standrat nilai yang lebih bagus di banding jurusan IPS, bahkan lebih jauh dari itu masuk di jurusan IPS tanpa ada seleksi penilaian tertentu, dalam artian semua murid SLTA dapat memasuki jurusan tersebut, berangkat dari asumsi diatas menimbulkan suatu argumentasi dikalangan siswa SLTA, bahwa siswa di jurusan IPA ternyata lebih pandai dibandingkan siswa IPS, karena mengingat jurusan IPA sangat selektif dalam mengambil siswa baru.
Berangkat dari argumen diatas menimbuilkan sentimen sendiri bagi pelajar SLTA antara jurusan IPA dengan IPS, bahkan ada anggapan sebagian siswa SLTA, bahwa materi IPA lebih sulit di banding IPS, berangkat dari anggapan itu menimbulkan kesimpulan bahwa mengambil jurusan IPS tanpa mengikuti pendidikan yang ada di sekolahpun bisa dipelajari, sedangkan materi IPA yang cenderung mengerikan seperti pelajaran fisika, matematika, kimia dan lain sebagainya, tentu membutuhkan analisa yang cerdas dan ketepatan dalam berhitung. Nah! dari sinilah anggapan sebagian siswa SLTA bahwa materi pelajaran IPA lebih sulit di banding IPS, lalu menimbulkan pertanyaan apakah benar seperti itu?........Lepas dari benar dan salah sebenarnya jurusan ini sangat berbeda satu sama lain, jurusan IPA cenderung bersifat eksak, sedangkan anak IPS di tuntut untuk bicara lebih luas dalam menafsirkan sesuatu, sehingga dalam jurusan IPS membutuhkan kedalaman dalam setiap menganalisa permasalahan, agar tidak bersifat stagnan dalam mengambil sebuah kesimpulan, tidak seperti jurusan IPA kalau bicara hitungan satu ditambah satu, tentu hasilnya pasti dua, namun dalam jurusan IPS lebih jauh dari sekedar hasil dari satu di tambah satu ada dua, inilah yang membedakan di dalam jurusan IPA dengan IPS, bahwa kedua jurusan ini punya peran dan fungsi masing-masing.
Jurusan IPA cenderung bicara hukum pasti, sedangkan jurusan IPS dituntut bicara tidak hanya sebatas hukum pasti, namun harus lebih luas lagi dalam mengkaji beragam permasalahan. Lalu kenapa dua jurusan ini sering mengalami pertentangan di kalangan SLTA?....sudah tidak dipungkiri bahwa jurusan ini sering terlihat kompetitif, bahkan ada anggapan bahwa jurusan IPS itu dinomor duakan mengingat memasuki jurusan IPS tanpa ada hubungan dengan standart nilai, sedangkan masuk di jurusan IPA harus punya nilai lebih di bandingkan mengambil jurusan IPS. Nah! disinilah yang menyebabkan bahwa jurusan IPS dianggap kumpulan siswa buangan yang tidak diterima di jurusan IPA, mengingat masuk kejurusan IPA ada standart nilai tersendiri, tidak seperti mengambil jurusan IPS yang cenderung semua siswa dapat masuk di jurusan ini.
Dengan adanya anggapan jurusan IPS nomor dua, tentu pendidikan harus dikelola lebih bagus lagi, bahwa sebenarnya kedua jurusan ini punya peranan dan fungsi yang berbeda, sehingga kedepan diharapkan ada asumsi bahwa jurusan IPA dengan IPS ada keseteraan, tidak menomor duakan jurusan IPS yang dianggap lebih cenderung jurusan buangan, karena di lihat dari seleksi penerimaan siswa dalam mengambil jurusan.
Permasalahan di atas harus di ubah dalam mengambil sebuah jurusan, agar siswa dalam mengambil sebuah jurusan lebih mengedepankan minat dan bakat, bukan hanya sebatas dari standart nilai belaka. Berangkat dari situlah pendidikan yang ada di SLTA perlu ditata kembali dalam mengambil sebuah jurusan, agar tidak ada anggapan lagi bahwa jurusan IPS cenderung dinomor duakan.
Pertanyaan yang terakhir benarkah siswa IPS lebih bodoh di banding IPA?.........dari pertanyaan ini agak geli untuk di jawab, mengingat dari anggapan sebagian siswa yang mengatakan bahwa sepandai-pandainya siswa IPS itu sebodoh-bodohnya siswa IPA, tentu argumen itu agak menggelikan mengingat banyak juga siswa IPS yang lebih pandai di banding siswa IPA, namun asumsi ini sudah berkembang dalam ranah pendidikan di negeri ini, sehingga kita sering mendengar bibit dan bobot anak IPA lebih hebat di banding jurusan IPS, bahkan ketika mengambil jurusan di tingkat perguruan tinggi, masuk dalam wilayah jurusan IPA sangat selektif sekali di banding jurusan IPS. Nah! berangkat dari situlah anggapan miring jurusan IPS sangat kental dalam dunia pendidikan kita, maka perlu ada perombakan dan penyetaraan dalam memilih jurusan di mulai dari tingkat SLTA, agar anggapan miring jurusan IPS tidak terus terjadi, mengingat kedua jurusan ini punya peran dan fungsi masing-masing.