Revisi Analisis Simulasi Metode Demonstrasi


REVISI ANALISIS SIMULASI
METODE DEMONSTRASI
A.  Analisis Simulasi Metode Demonstrasi
1.      Keunggulan
a.       Metode Demonstrasi
·      Pada pukul 08.23 WIB, guru memperlihatkan dan menunjukan bagian mikroskop. Alasan disebut metode demonstrasi karena guru memperlihatkan dan menunjukan bagian-bagian mikroskop.
·      Dipilihnya materi mikroskop untuk diterangkan dengan menggunakan metode demonstrasi sangatlah tepat, sesuai dengan salah satu fungsi metode demonstrasi yaitu dilakukan jika bersangkutan dengan benda mahal, mudah pecah, mudah rusak, dan berbahaya. Mikroskop merupakan benda yang mahal. Selain itu, preparat yang termasuk dalam penjelasan materi mikroskop merupakan benda yang mudah pecah.
·      Dengan dilakukannya metode demonstrasi, siswa mengetahui bentuk mikroskop, fungsinya, dan cara pemakaiannya secara nyata, tidak hanya melihat dari gambar. Ini terlihat pada pukul 08.23 s.d. 08.30 guru menjelaskan dan menunjukan bagain-bagian mikroskop beserta fungsi dan cara pemakaiannya.
Selain itu, siswa jadi tahu tentang mikroskop tanpa harus memiliki mikroskop tersebut.
·      Waktu yang dipakai dalam metode demonstrasi ini lebih efektif dibandingkan dengan siswa mempelajari sendiri mikroskop di rumah dengan hanya menggunakan buku sumber. Hal ini terrlihat dari pertemuan yang dijadwalkan dalam RPP hanya 2x pertemuan.
b.      Kurikulum yang sedang Berlaku
Kurikulum yang sedang berlaku yaitu KTSP 2006.
Dilihat berdasarkan Hakikat Biologi :
Ø  Metode dan Sikap Ilmiah
o   Keterampilan proses IPA mampu dikembangkan oleh guru karena mampu menggunakan alat mikroskop dan mengetahui fungsi dari bagian-bagian mikroskop.
o   Siswa memiliki keterampilan IPA dalam berkomunikasi yaitu mampu mengajukan pertanyaan pada guru tentang mikroskop.
Ø  Kata Kerja Operasional
Guru mampu memakai kata kerja operasional dalam mengajar, yaitu (menjelaskan, menerangkan, dan mendeskripsikan).
Ø  Karakteristik Siswa
Peserta didik (siswa) sudah mencapai tahap perkembangan aspek kognitif, karena sudah mampu menangkap materi yang diberikan oleh guru.
Peserta didik (siswa) sudah mencapai tahap perkembangan aspek psikomotorik, karena mampu menjawab dan mengajukan pertanyaan, meskipun dengan gerakan-gerakan perabaan terhadap materi.
c.       Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran yang dipakai adalah pendekatan Keterampilan Proses.
Dalam hal ini, siswa mampu mengamati bagian-bagian mikroskop serta menjelaskan fungsi-fungsi mikroskop. Terlihat pada pukul 08.55, Annisa dan Ali maju ke depan untuk menunjukan kembali bagian-bagian mikroskop.
Selain itu, dalam pendekatan ini, salah satu pilarnya adalah ilmu terbuka untuk dipertanyakan kembali. Dalam hal ini, keterampilan menggunakan mikroskop dapat digunakan dalam mengamati apapun dengan memakai mikroskop. Dengan kata lain apapun yang akan diamati, keterampilan menggunkan mikroskop tetap sama.
d.      Paradigma Pembelajaran
·      Prosentase Keaktifan Siswa
Jumlah siswa 30 orang, siswa yang aktif (bertanya, mampu menyebutkan kembali apa yang dijelaskan gurunya, dan  menjawab hal yang di tanyakan oleh guru maupun rekan-rekannya) adalah 10 orang (33,3%). Sedangkan prosentase keaktifan guru 66,7%. Terlihat dari sepanjang penyajian materi, guru lebih banyak menjelaskan dan siswa lebih banyak menyimak. Hal ini termasuk ke dalam kelebihan karena pada dasarnya metode demonstrasi memang seperti itu, keaktifan guru lebih besar daripada siswa.
2.      Kelemahan
a.       Metode Demonstrasi
·      Pada awal pembelajaran, guru langsung menyebutkan sambil menunjukan bagian mikroskop kepada siswa tanpa berusaha menimbulkan terlebih dahulu masalah agar siswa lebih aktif.
·      Tidak ada cara untuk menyelesaikan masalah karena pada awalnya masalah tidak ditimbulkan.
·      Guru lebih banyak menyajikan metode ceramah daripada metode demonstrasi, ini terlihat pada hampir setiap kesempatan guru hanya menerangkan dengan membaca buku, bukan dengan menunjukan langsung kepada objek.
·      Alat peraga yang sangat penting dalam demonstrasi ini yaitu mikroskop ada dua buah, akan tetapi sangat disayangkan yang dapat didemonstrasikan dengan baik hanya satu saja, karena yang satunya lagi tidak ada kondensor dan diafragmanya.
·      Guru banyak melepaskan perhatian pada siswa saat berdemonstrasi. Hal ini dikarenakan guru kurang menguasai materi yang terlihat pada hampir 80% pegajaran yang dilakukan hanya membaca buku. Selain itu, banyak efisiensi waktu yang berkurang karena guru lebih banyak diam.
b.      Kurikulum yang sedang Berlaku
Kurikulum yang sedang berlaku yaitu KTSP 2006.
Dilihat berdasarkan Hakikat Biologi :
Ø  Metode dan Sikap Ilmiah
o   Keterampilan proses IPA tidak mampu dikembangkan oleh guru secara efektif, karena banyak keterampilan IPA yang tidak dimunculkan, contohnya materi yang tidak dikuasai sehingga terpaku pada buku, tidak mampu memfokuskan siswa sepenuhnya selama jam pelajaran, dan tidak mampu memunculkan masalah dalam metode demonstrasi.
o   Siswa tidak menunjukan keterampilan proses IPA dengan baik karena tidak mampu memahami materi secara sepenuhnya, suasana yang ribut ketika kegiatan belajar mengajar, dan ada siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.


Ø  Kata Kerja Operasional
Guru tidak memakai kata kerja operasional secara efektif, karena masih banyak kata kerja yang tidak dipakai dalam mengajar.
Ø  Karakteristik peserta didik
Peserta didik (siswa) belum mencapai tahap perkembangan aspek afektif, karena belum sepenuhnya mamahami materi, sehingga belum bisa mengaplikasikan dari materi yang diberikan guru.
c.       Jenjang Kognitif dari Bloom
·      Pengetahuan berfikir siswa hanya sampai C1 (tahu).
Hal ini terlihat pada pukul 08.55 ketika Annisa ditanya bagian mikroskop hanya sekedar tahu belum bisa sampai faham karena Annisa masih menanyakan fungsinya. Jika annisa yang dalam hal ini sebagai perwakilan dari siswa bisa tahu sendiri apa fungsi dari bagian-bagian mikroskop tanpa harus bertanya pada gurunya, berarti metode demostrasi yang dilakukan sudah dapat menempatkan muridnya pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu faham.
d.      Paradigma Pembelajaran
·      DDCH, alasannya karena siswa hanya datang, duduk, catat, dan hafal saja tanpa dapat memahami materi yang disampaikan. Selain itu, keaktifan siswa kurang.
·      Pilar pendidikan dari UNESCO
Termasuk pada pilar “Learning to Know”, siswa hanya sekedar tahu, yang ditonjolkan hanya aspek konitif saja sedangkan afektif dan psikomotorik kurang.