BRUCELLA MELITENSIS



*  Gambaran Umum
Bakteri dari Genus Brucella menyebabkan penyakit pada hewan ternak atau hewan liar, dari kebanyakan dari mereka juga bersifat petogen terhadap manusia. Pada hewan bakteri ini menyerang reproduksi hewan dan menyebabkan keguguran pada hewan yang sedang mengandung. Pada manusia akan menyebabkan penyakit Brucellosis. Infeksi pada manusia terjadi apabila terjadi kontak secara langsung dengan hewan yang sudah terinfeksi oleh bakteri ini.

*  Klasifikasi
Kingdom               : Bakteria
Phylum                  : Proteobakteria
Klas                       : Alpha Proteobakteria
Ordo                      : Rhizobiales
Famili                    : Brucellaceae
Genus                    : Brucella
Species                  : Brucella Melitensis
A photomicrograph of the bacterium Brucella melitensis*  Ciri-ciri morfologi
v  Termasuk bakteri gram negatif
v  Berbentuk coccobabacili
v  Ukuran panjang 0,6-1,2μm lebar 0,5-0,7μm
v  Bakteri aerob
v  Tidak memiliki alat gerak ( non motile )
v  Tidak berspora
v  Di selubungi oleh kapsula.
*  Patogenitas
      Brucella melitensis menyerang hewan ternak dan liar terutama kambing, domba dan sapi. Pada hewan infeksi brucella melitensis ini dapat menyebabkan keguguran atau aborsi pada bakal calon anak. Brucella Melitensis juga dapat menginfeksi manusia apabila terjadi kontak secara langsung dengan hewan yang terinfeksi oleh bakteri itu. Penyakit yang disebabkan adalah Brucellosis
*  Indentifikasi brucellosis
      Penyakit bakteri sistemik dengan gejala akut atau insidius, ditandai dengan demam terus menerus, intermiten atau tidak tentu dengan jangka waktu yang bervariasi. Gejala yang timbul berupa sakit kepala, lemah, berkeringat, menggigil, arthralgia, depresi, kehilangan berat badan dan sakit seluruh tubuh. Infeksi supuratif terlokalisir dari organ-organ termasuk hati dan ginjal bisa terjadi; gejala sub klinis dan infeksi kronis yang terlokalisir juga bisa terjadi. Penyakit ini bisa berlangsung beberapa hari, beberapa bulan atau kadang-kadang bertahun-tahun jika tidak diobati dengan tepat. Komplikasi osteoartikuler bisa di temukan pada 20 – 60 % kasus. Manifestasi pada sendi yang paling sering adalah sakroiliitis. Infeksi saluran kemih dilaporkan terjadi pada 2 – 20 % kasus dan yang paling umum adalah orkitis dan epididimitis. Biasanya terjadi penyembuhan tetapi bisa juga terjadi kecacatan. “Case Fatality Rate” dari bruselosis sekitar 2 % atau kurang dan biasanya sebagai akibat dari endokarditis oleh infeksi Brucella melitensis. Kompleks gejala neurosis kadang-kadang dikelirukan dengan bruselosis kronis.
*  Penularan ke manusia
      Penularan terjadi karena kontak dengan jaringan, darah, urin, sekrit vagina, janin yang digugurkan, dan terutama plasenta (melalui luka di kulit) dan karena mengkonsumsi susu mentah dan produk susu (keju yang tidak di pasturisasi) dari binatang yang terinfeksi. Penularan melalui udara oleh binatang terjadi di kandang, dan pada manusia terjadi di laboratorium dan tempat pemotongan hewan. Beberapa kasus penularan terjadi karena kecelakaan karena tertusuk jarum suntik pada saat menangani vaksin brusella strain 19, risiko yang sama dapat terjadi pada waktu menangani vaksin Rev-1.
*  Invasi ke tubuh manusia
      Bateri Brucella Melitensis ini dapat masuk ke tubuh manusia dengan banyak jalur. Karena infeksi bakteri ini bersifat sistemik maka dimungkinkan untuk masuk melalui banyak cara. Cara yang paling umum adalah melalui mulut. Hal ini dapat terjadi apabila manusia memakan produk dari hewan yang terkontaminasi (misalnya susu) atau mungkin melalui tangan yang kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi dan jari itu dimasukan ke mulut. Cara lain adalah melalui saluran pernafasan atau hidung. Udara yang sudah terkontaminasi oleh bakteri dapat masuk ke tubuh melalui hidung atau juga dapat terjadi di laboratorium. Brucella juga dapat masuk ketubuh melalui mulut dan kulit.
Brucella melitensis berkembangbiak infraselular di dalam makrofag sistem retrikuloendotelial, pemaparan pertama menyebabkan terjadinya fagositosis oleh PMN yang membawa bakteri ke kelenjar getah bening, limpa, sumsum tulang dan hati serta menyebabkan infeksi pada jaringan-jaringan ini.
*  Diagnosis
      Diagnosa laboratorium dibuat dengan mengisolasi bakteri penyebab infeksi dari spesimen darah, sumsum tulang atau jaringan lain, atau juga dari discharge penderita. Pemeriksaan serologis perlu dilakukan di laboratorium yang berpengalaman, untuk menunjukkan adanya kenaikan titer antibodi pair sera. Interpretasi hasil pemeriksaan serologis pada pasien kambuh dan kronis sangat sulit karena titer antibodi biasanya rendah. Pemeriksaan untuk mengukur antibodi IgG mungkin membantu untuk penegakan diagnosa pada kasus kronis, karena pada infeksi aktif ada kenaikan titer IgG. Teknik pemeriksaan serologis spesifik diperlukan untuk deteksi antibodi Brucellosis canis yang tidak bereaksi silang dengan spesies lain.

*  Pengobatan
Obat yang digunakan untuk membunuh bakteri brucella melitensis inin adalah tetrasiklin dan streptomisin selama 3 sampai 6 minggu. Pengobatan perlu waktu lama karena brucella hidup di dalam sel.
*  Pencegahan
1).   Beri penyuluhan kepada masyarakat (terutama turis) untuk tidak minum susu yang tidak dipasturisasi atau mengkonsumsi produk yang dibuat dari susu yang tidak diolah atau dipasturisasi.
2).   Beri penyuluhan kepada petani dan pekerja di tempat pemotongan hewan, pabrik pengolahan daging dan toko daging tentang bagaimana penyakit ini terjadi serta risiko jika menangani daging dan produk binatang yang potensial terinfeksi dan cara pengoperasian yang tepat dari tempat pemotongan hewan untuk mengurangi pajanan (terutama ventilasi yang memadai).
3).   Beri penyuluhan kepada para pemburu untuk menggunakan pelindung (seperti sarung tangan, baju pelindung) yang dipakai sewaktu manangani hasil buruan, seperti babi hutan dan mengubur sisanya.
4).   Selidiki cara penularan yang terjadi diantara binatang ternak dengan tes serologis dan dengan tes ELISA atau uji cincin untuk susu sapi; musnahkan binatang yang terinfeksi dengan cara dipisahkan atau di sembelih. Jika infeksi terjadi pada babi maka seluruh kelompok babi tersebut harus dipotong. Didaerah dengan prevalensi tinggi, berikan imunisasi kepada kambing muda dan domba dengan vaksin hidup yang dilemahkan dari strain Rev-1 B. melitensis. Sejak tahun 1996, vaksin RB 51 rekombinan digunakan secara besar-besaran mengggantikan strain 19 untuk imunisasi ternak terhadap B. abortus. Vaksin RB 51 kurang virulen untuk manusia dibandingkan strain 19.
5).   Walaupun hasilnya belum diketahui melalui uji klinis, orang yang tidak sengaja tertusuk jarum suntik pada waktu menangani strain I9 atau Rev-1 dianjurkan diberikan doksisiklin 100 mg dua kali sehari dikombinasikan dengan rifampin 600 – 900 mg sekali sehari selama 21 hari; untuk inokulasi konjungtiva, profilaksis sebaiknya diberikan selama 4 – 5 minggu.
6).   Lakukan pasturisasi terhadap susu dan produk susu dari sapi, kambing dan domba. Merebus susu hasilnya cukup efektif jika pasturisasi tidak mungkin dilakukan.
7).   Hati-hati pada saat menangani dan membuang plasenta, discharge dan janin dari binatang yang keguguran. Lakukan disinfeksi tempat-tempat yang terkontaminasi.

REFERENSI
Coullier,Leslie.,1998, Microbiologycal and Mirobial Infesion, Oxford Univerty Press.Inc,New York
Johnson,Arthur.,1994 Mikrobiologi dan Imunologi, Binarupa aksara,Jakarta