BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keadaan
yang terkandung di dalam Al-Quran telah mendorong pertumbuhan ilmu pengetahuan
dan penemuan – penemuan ilmiah di Dunia Islam pada abad ke-7 hingga abad ke-14
M, yang kemudian memberikan sumbangan yang tidak sedikit terhadap Renaisans
Eropa dan juga memperkenalkan bangsa Eropa tentang unsr-unsur pokok kehidupan
dan kebudayaannya (antara lain pengetahan, penalaran, dan kebebasan) sehingga
memungkinkan terbentuknya penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern.
Dengan tegas
Al-Quran mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan dan wahyu merupakan dua aspek
dari kebenaran yang sama, tidak ada pertentangan di antara keduanya. Wahyu
pertama Al-Quraan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW adalah perintah
menuntut ilmu pengetahuan dan menekankan pentingnya arti belajar dalam
kehidupan umat manusia (QS Al-‘Alaq 96: 1-5). Al-Quraan juga menganjurkan
manusia untuk berdoa agar Allah SWT menambah ilmu pengetahuan kepadanya (QS Tha
Ha 20: 114). Ditegaskan pula bahwa menurut Al-Quraan hanya orang yang berilmu
yang dapat lebih tiggi tingkat takwanya kepada Allah (QS Fathir 35: 28).
Dalam Al-Quran,
dijelaskan kesadaran hanya dimiliki oleh manusia yang berilmu mereka yang
mencurahkan perhatian dengan seksama akan semua fenomena semesta itu.
Tanda-tanda itu mengejak manusia untuk merenungkannya (QS Al-Nisa 4: 82) dan
memahami ciptaan-Nya sebagaimana di firmankan Allah: Maka apakah mereka tidak memerhatikan unta, bagaimana ia diciptakan,
dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?
Dan bumi bagaimana ia dihamparkan (QS Al-Ghasyiyah 88: 17-20).
Menurut
Al-Quraan, manusia adalah makhluk yang berpotensi untuk menguasai ilmu
pengetahuan.
Kemanusiaan
manusia (insyatiyyatul-insyaniyah)
diukur antara lain oleh interaksinya dengan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
berkali-kali dikemukakan dalam Al-Quran agar manusia bekerja pada amal-amal
yang menghasilkan ilmu. Manusia diangkat sebagai khalifah-Nya dibedakan dari
makhluk yang lain karena ilmu pengetahuan.
Tujuan utama
dari kepemilikan ilmu pengetahuan tidak semata-mata untuk mencerdaskan akal
pikiran, mempunyai kemampuan berdebat dan berdiskusi, tetapi untuk meningkatkan
keimanan dan keyakinan kepada Allah Swt
Tujuan mencari
ilmu adalah untuk meningkatkan amal ibadah yang kita tunjukan dalam mencari
ridha-Nya, sekaligus untuk meningkatkan sekaligus untuk meningkatkan amal saleh
bagi kepentingan hidup kemanusiaan. Orang yang paling baik dalam pandangan
islam adalah orang yang paling bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.
Ilmu pengetahuan
menurut Al-Quran, dapat diperoleh melalui berbagai macam cara. Seperti sama’ (pendengaran) yang biasanya
bersifat verbal, dan bashar (penglihatan)
yang biasanya menghasilkan ilmu pengetahuan yang bersifat
observasional-eksperimental. Ada beberapa contoh lain yaitu:
·
Alloh mengajari Qabil
cara mengubur mayat melalui perantaraan burung gagak (QS Al-Ma’idah 5: 31)
·
Mengajarkan seorang
laki-laki tentang pengertian kebangkitan melalui pengamatan eksperimental (QS
Al-Baqarah 2: 259)
·
Allah menunujukan kepada
Nabi Ibrahim a.s bagaimana menghidupkan yang mati juga melalui eksperimental
(QS Al-Baqarah 2: 260)
Semangat
AlQuraan dalam mendorong umat islam untuk bekerja sungguh-sungguh pada
pencarian ilmu harus terus disosialisasikan, karena dunia masa kini, apalagi
masa depan adalah dunia yang dikuasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika umat
islam ingin kembali memainkan perannya sebagai khairu ummah (umat terbaik) dan ummatan
wasathan (umat pilihan) menjadi saksi atas kebenaran ajaran-Nya kita mutalk
harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan kealaman dan
social harus diikat, dilandasi, dan disarankan sejalan dengan nilai yang terdaat dalam Al-Quraan dan
sunnah. Syaratnya umat islam harus menguasai keduanya.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik”.
(QS Ali ‘Imran 3: 110)
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam makalah
ini adalah:
1.
Apakah Pengertian Tinjauan Normatif Teologi
?
2.
Bagaimanakah Pandangan Al-Quran Dan Al-Sunnah Tentang Ilmu Agama
Islam Dan Ilmu Umum
?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dan manfaat
dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar agama Islam
2. Mengetahui
Tinjauan Normatif Teologis Tentang Integrasi Ilmu Agama Islam Dengan Ilmu Umum
D. Metode Penulisan
Metode Penulisan
dalam makalah ini yaitu metode deskriptif yang teknik studi kepustakaan atau
literaturenya yaitu pengetahuan yang bersumber dari beberapa media tulis baik
berupa buku, literature, dan media elektronik (internet) yang tentu ada
kaitannya masalah-masalah yang dibahas di dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Tinjauan
Normatif Teologi
Tinjauan
normatif teologi secara sederhana diartikan sesuatu cara memahami sesuatu
dengan menggunakan ajaran yang diyakini berasal dari Tuhan sebagaimana terdapat
di dalam wahyu yang diturunkan-Nya sebagai sebuah
ajaran yang berasal dari Tuhan yang memiliki segala sifat kesempurnaan, bahwa
dapat diyakini bahwa ajaran tersebut sangat ideal, mutlak benar (absolute),
berlaku sepanjang zaman, tidak terbatas.
Melalui tinjauan normatif teologis ini,
seseorang akan di bawa kepada suatu keadaan melihat masalah berdasarkan
perspektif Tuhan dalam batas-batas yang dipahami manusia. Dengan tinjauan ini
seseorang akan memiliki pegangan yang kokoh dalam melihat suatu masalah.
Tinjauan normatif teologis ini perlu
dilakukan untuk membangun komitmen dan melihat sesuatu dalam perspekti yang
ideal sebagaimana yang dikehendaki oleh Tuhan dalam firman-firmannya.
Tinjauan normatif ini pada tahap
selanjutnya kurang terlihat pengaruhnya dalam mendukung perkembangan ilmu
pengetahuan. Karena dengan tinjauan tersebut manusian sesuai dengan pandangan
teologi Asy’ariah banyak mengandalkan Tuhan. Akibatnya manusia terlihat kurang
kreatif dan inovatif. Akibatnya keadan Dunia islam mengalami kemunduran sebagai
akibat kurangnya perhatian terhadap penggunaan penalaran.
Tinjauan normatif teologis pada tahap
selanjutnya mengharuskan kita untuk melihat secara sekasama sebagaimana
pandangan Tuhan terhadap integrasi ilmu Agama Islam dan Ilmu Umum.
B.
Pandangan Al-Quran Dan Al-Sunnah Tentang Ilmu Agama
Islam Dan Ilmu Umum
Al-quran dan
al-Sunnah sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu agam islam dengan ilmu-ilmu
umum. Yang ada dalam Al-qur’an adalah ilmu
pembagian adanya ilmu agama islam dan ilmu-ilmu umum adalah hasil kesimpulan
manusia yang mengidentifikasi ilmu berdasarkakn sumber objek kajiannya. Jika
objek ontologi yang dibahasnya wahyu (Alquraan) termasuk penjelasan atas wahyu
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw berupa hadits, dengan menggunakan metode
ijtihad, maka yang dihasilkannya adalah ilmu-ilmu agama seperti teologi, fiqih,
tafsir, hadits, tasawuf dan lain sebagainya. Kemudian jika objek ontologis yang
dibahasnya alam jagad raya, seperti langit, bulan, bintang, tumbuh-tumbuhan,
binatang, air, api, udara, batu-batuan dan sebagainya dengan menggunakan metode
penelitian eksperimen di laboratorium, pengukuran, penimbangan dan sebagainya,
maka yang dihasilkannya adala ilmu alam, seperti ilmu fisika, biologi, kimia,
astronomi dan lzin sebagainya.
Ilmu-ilmu
tersebut seluruhnya pada hakikatnya berasal dari Allah, karena sumber-sumber
ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagad raya (termasuk hukum-hukum yang ada di
dalamnya), manusia dengan prilakunya, akal pikiran dan intusi batin seluruhnya
ciptaan dan anugerah Alloh yang diberikan pada manusia. Dengan demikian, para ilmuan
dalam berbagai bidang ilmu tersebut sebenarnya bukan pencipta ilmu tapi penemu
ilmu adalah Allah. Atas dasar pandangan ini, maka tidak ada pandangan dikotomis
yang mengistimewakan antara sautu ilmu atas ilmu yang lain. Al-qur’an dan As-Sunnah tidak mengenal
adanya pemisahan antara ilmu agama dan ilmu umum. Hal ini dapat dipahami dari
uraian berikut ini:
1.
Didalam ajaran islam
setiap penganutnya dianjurkan agar meraih kebahagiaan hidup yang seimbang
antara dunia dan akhirat. Hal ini dapat dipahami dari QS. Alqashas : 77
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS A-Qhashash : 77)
2.
Al-qur’an dan Al-Hadits
Rosuullah Saw melarang seseorang mengatakan sesuatu yang ia tidak mengetahui
keadaan yang sesungguhnya dari yang dikatakannya itu. Hal ini mengingatkan
kepada manusia, bahwa ia harus memiliki pengetahuan apa yang ia katakannya.
Dengan kata lain, seseorang tidak boleh taklid buta, karena apa yang kita
katakannya akan dimintakan pertanggung jawabannya disisi Tuhan, sesuai firman Allah :
“
Dan ingatlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan
di minta pertanggungjawabannya.” (QS
Al-Isra’ 17: 36)
3. Al-quran dan Al-Sunnah
selain berbicara tentang objek ilmu agama dan ilmu umum seperti ayat-ayat Allah
yang ada di dalam wahyu (kitab suci) yang diturunkannya, ayat-ayat Allah berada
di jagad raya (alam semesta dengan segala hukum yang ada di dalamnya), ayat-ayat
Allah yang ada dalam diri manusia (ayat-ayat insyaniyah, basyariah, al-nasiyah), ayat-ayat Allah yang
menjelaskan fungsi akal serta hati nurani, yang selanjutnya menjadi dimensi
ontologis dalam ilmu pengetahuan, juga berbicara tentang metode pengembangan
ilmu dan pemanfaatannya.
Ayat-ayat Al-quran yang berbicara
tentang metode pengembangan ilmu selain dengan menggunakan proses intidzar, tafakur, tadabur, tafaqquh, ibra,
ya’ra, ta’aqqul,dan tayassur juga
dengan menggunakan metode secara langsung, yaitu Allah Swt mengajarkan ilmu
tersebut.
Al-quran sangat sempurna
dalam menjelaskan metode pengembangan ilmu. Perlunya mengingat dan menghafal
apa yang tersirat dalam ayat berikut:
“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar.”
(QS AL-Baqarah 2:
31)
Petunjuk Al-quran yang menginformasikan
tentang pentingnya mengintegrasikan kesucian batin dalam rangka pengembangan
ilmu pengetahuan ini sudah di praktikkan oleh para ulama di masa lalu. Imam
Syafi’i yang dikenal sebagai fuqaha yang besar pengaruhnya selalu memelihara
kesucian batin. Dalam suatu kesempatan ia pernah mengadu pada guruya karena
sulit mendapatkan ilmu pengetahuaan, lalu gurunya mengingatkan agar menyucikan
batinnya. Hal sama juga dilakukan oleh Imam Bukhori yang di kenal sebagai ulama
besar dalam bidang hadits.
Dalam bidang
aksiologi ilmu pengetahuan, Al-qur’an mengingatkan bahwa
selain ilmu pengetahuan baik agama maupun umum sebagai milik Allah Swt dan
harus diabadikan dalam rangka beribadah kepda-Nya.
Sebagaimana
disebutkan di atas, bahwa menurut pandangan Al-quran dan Al-Sunnah sesungguhnya
tidak ada istilah ilmu agama dan ilmu umum. Yang ada hnya ilmu itu sendiri dan seluruhnya
bersumber dari Allah Swt.
Pandangan
tentang hubungan agama dengan masalah politik serta keduniaan sebagaimana
tersebut diatas sedikit banyak akan membantu kita dalam memehami hubungan atau
integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum sebagaimana yang menjadi fokus
pembahasan ini.
Mengingat
ilmu agama berbasis pada wahyu, maka sifat dan karakteristik dari wahyu selalu
menjadi bahan perdebatan dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, walaupun
antara ilmu agama dengan wahyu itu sendiri bisa saja terjadi perbedaan.
Dalam
berbagai literatur kita temukan paradigma agama sebagai berikut :
·
Agama berasal dari
Tuhan, sedangkan ilmu berasal dari manusia, Tuhan bersifat Maha Benar,
sedangkan manusia terkadang terkadang benar atau terkadang salah.selanjutnya
agama bersifat absolute dalam arti tidak terkena perubahan kekuranga dan
berlaku sepanjang zaman, sedangkan ilmu bersifat nisbi. Agama bersifat pasti
sedangkan ilmu bersifat relatif. Agama tidak terbatas berlakunya, sedangkan
ilmu bersifat terbatas. Agama berlaku sepanjang zaman, sedangkan ilmu berlaku
dalam kurun waktu tertentu saja., agama bertolak dari keyakinan sedangkan ilmu
bertolak dari keragu-raguan, agama bersumber pada wahyu yang mutlak benar,
sedangkan ilmu bertolakdari hasil akal pikiran, agama bersifat ideal, sedangkan
ilmu bersifat empiristik, agama berbicara tentang yang gaib sedangkan ilmu
berbicara yang realitas.
·
Al-quraan al-karim dan hadits Rosulullah Saw. dengan
ayat-ayat dan matan yang ada didalamnya akan mencoba menawarkan sesuatu
penyelesaian atas terjadinya hal-hal yang sepertinya bertentangan, tapi
sesungguhnya tidak demikian. Dalam tulisan yang ringkas ini sulituntuk
dikemukakan jawaban yang memuaskan d lam mempertemukan kedua paradigma
C.
Indeks Ayat-Ayat Al-qur’an Dan Hadits Tentang Ilmu Agama
Dan Ilmu Umum
Ayat-ayat Al-qur’an yang di dalamnya
terdapat kata ’ilm pada umumnya berbicara ilmu sebagai penyelamat bagi manusia
dari berbagai kehancuran, baik di dunia maupun di akhirat dengan topik:
1. Proses
pencapaian pengetahuan dan objeknya (QS Al-Baqarah 2: 31-32)
2. Klasifikasi
ilmu (QS Al-Kahfi
18: 65)
3. Fungsi
ilmu yang mencakup sikap dan prilaku orang-orang yang berilmu serta
karakteristik mereka.
4. Iman,
yang meliputi masalah sikap dan perilaku orang terhadap Allah Swt dan
ajaran-Nya.
Selanjutnya
Shubhi Abd Rauf Ashar dalam kitabnya al-Mujam
al-Maudui li ayat Alquraan al-Karim
menyebutkan sampel ayat-ayat Al-quran tentang ilmu pengetahuan tersebut
sebanyak 14 ayat, yang meliputi:
1. Ilmu
hisab yang berkenaan bilangan tahun yang di dasarkan pada perhitungan bulan
digunakan untuk penanggalan kaleder hijriyah (QS Al-Nahi: 5)
2. Berkaitan
dengan peran orang yang berilmu sebagai pemberi peringatan dan tempat bertanya
(QS Al-Nahl: 43-44)
3. Tentang
adanya ilmu laduni yang berikan oleh Allah kepada hamba-hambanya yang terpilih
sebagi rahmat. (QS Al-kahfi: 65-66 dan 85)
4. Tentang
perlunya sikap yang senantiasa menambah ilmu kepada Allah Swt. (QS Thaha: 114)
5. Ilmu
tentang membuat baju perang untuk menjaga diri dari gempuran musuh (QS
Al-Ambiya: 80)
6. Tentang
adanya ilmu yang diberikan oleh Allah kepada nabi Daud dan Sulaiman (QS Al-Naml:
15-16)
7. Tentang
pentingnya penggunakan akaluntuk mendapatkan ilmu pengetahuan (QS Al-Qhashah:
13-14)
8. Tentang
adanya langit dan bumi sebagai objek
ilmu pengetahuan (QS Al-Rum: 44)
9. Tentang
sikap ulama yang semakin takut kepada Allah yang disebabkan karena ilmu yang
dimilikinya (QS Fathir: 48)
10. Tentang
perbedaan derajat orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu (QS Al-Zumar: 9)
11. Tentang
ilmu yang diperlukan untuk mengenal Allah Swt. (QS Muhammad: 19)
12. Tentang
fungsi rasul dalam menyebarkan pengetahuan (QS Al-Jumuah: 3)
13. Tentang
perintah untuk memperoleh ilmu pengetahuan serta menghubungkan
ilmu dengan kekuasaan Allah Swt. (QS Al-Alaq: 1-5).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tinjauan normatif teologi
secara sederhana diartikan sesuatu cara memahami sesuatu dengan menggunakan
ajaran yang diyakini berasal dari Tuhan sebagaimana terdapat di dalam wahyu
yang diturunkan-Nya sebagai sebuah
ajaran yang berasal dari Tuhan yang memiliki segala sifat kesempurnaan, bahwa
dapat diyakini bahwa ajaran tersebut sangat ideal, mutlak benar (absolute),
berlaku sepanjang zaman, tidak terbatas.
Melalui tinjauan
normatif teologis ini,
seseorang akan di bawa kepada suatu keadaan melihat masalah berdasarkan
perspektif Tuhan dalam batas-batas yang dipahami manusia. Dengan tinjauan ini
seseorang akan memiliki pegangan yang kokoh dalam melihat suatu masalah.
Al-quran dan As-Sunnah
sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu agama islam dengan ilmu-ilmu umum.
Yang ada dalam Al-quran
adalah ilmu pembagian adanya ilmu agama islam dan ilmu-ilmu umum adalah hasil
kesimpulan manusia yang mengidentifikasi ilmu berdasarkakn sumber objek
kajiannya.
Ilmu-ilmu
tersebut seluruhnya pada hakikatnya berasal dari Allah, karena sumber-sumber
ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagad raya (termasuk hukum-hukum yang ada di
dalamnya), manusia dengan prilakunya, akal pikiran dan intusi batin seluruhnya
ciptaan dan anugerah Alloh yang diberikan pada manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, dkk. Integrasi Ilmu Agama dan Umum. Jakarta.
PT. Raja Grafindo.
Baharuddin, dkk. Dikotomi Pendidikan Islam. Bandung. PT.
Remaja Rosdakarya.
Surajio. Filsafat
Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Anonym (2012). Tinjauan
Al-Quran Tentang Ilmu Pengetahuan. From : http://belajarbisnisbriliant.blogspot.com/2012/02/tinjauan-al-quran-dan-umum-tentang.html