BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits. Kedua
kitab suci ini yang ditinggalkan Rasulullah SAW menjamin manusia selalu pada
jalan yang lurus sesuai petunjuk Allah dan Rasul.
Siapa yang mampu bertahan di jalan Allah dan Rasul-Nya
dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, maka pasti
orang tersebut akan selamat bahkan memperoleh bahagia di dunia dan akhirat.
Jika seorang ilmuan(dosen atau guru) yang ikhlas mengamalkan ilmunya, pandai beramal shaleh, dan senantiasa
beribadah keapada Allah, maka tempatnya pasti diangkat derajatnya disisi Allah.
Dengan bekal ketundukan yang sempurna kepada sang
Pencipta, maka seorang pendidik atau pembelajar selayaknya memberikan
kontribusi nyata untuk mewariskan segala kelebihan dan keistimewaan kepada
generasi muslim berikutnya. Tentunya, cara mewariskan ilmu pengetahuan kepada
peserta didik harus sesuai dengan tuntutan zaman, dimana zaman yang akan
diahadapi oleh generasi tersebut.
Ilmu pengetahuan (sains) adalah teori-teori yang
dikumpulkan manusia melalui suatu proses pengajian dan dapat diterima oleh
rasio. Dalam pengumpulan data dan berbagai observasi dan pengukuran pada gejala
alamiyah itu dianalisis, kemudian diambil kesimpulan (inthizar).
Biologi
atau ilmu didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari kehidupan organisme hidup (tumbuhan dan hewan termasuk
manusia). Ilmu hayat atau ilmu kehidupan meliputi studi tentang sifat-sifat,
klasifikasi dan tingkah laku organisme, bagaimana spesies terlahir dan
bagaimana mereka saling berinteraksi dengan lingkungannya, tingkah laku sosial
diantara komunitas dan sebagainya.
Ciri khas dari ilmu hayat itu sendiri ialah disusun atas
dasar intizhar terhadap gejala-gejala alamiyah yang dapat di teliti ulang oleh
orang lain, dan merupakan hasil konsensus masyarakat ilmuan yang bersangkutan.
Bila ditelusuri ayat-ayat Alquran, akan dijumpai 854 kali
kata, ilmu disebut dalam berbagai bentuk dan arti. Selain itu kita juga di
dalam Al-Qur’an menemukan bagaimana fenomena yang terjadi selama ini, baik yang
menyangkut kehidupan makhluk yang hidup di muka bumi maupun fenomema alam itu
sendiri.
B. Tujuan Penulisan
Adapun di dalam pembuatan makalah
ini, penyusun mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1.
Untuk
memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah “Seminar Agama Islam”.
2.
Untuk
mengembangkan pengetahuan tentang kaitan islam dan biologi.
3.
Untuk
mengetahui sikapa yang bagaimana yang
harus diambil seorang muslim setelah mendapatkan ilmu biologi tersebut?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
Al-Qur’an dimaknai sebagai sumber Ilmu Pengetahuan?
2.
Bagaimana
nilai Islami dalam Ilmu biolgi (Sains)?
3.
Bagaimana
integrasi sains dan islam pada pendidikan?
D. Metologi Penulisan
Adapun metode penulisan data yang
penyusun gunakan yaitu diantaranya:
a.
Metode
Studi Pustaka.
Yaitu mempelajari bahan yang ada
dalam buku sumber yang berkaitan dengan isi makalah
b.
Metode
brouwsing dari Internet.
Yaitu mecari bahan-bahan atau
sumber-sumber dengan menggunakan teknologi internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Al-Qur’an sebagai sumber Ilmu Pengetahuan
Kandungan Al-Qur’an berisi
dasar-dasar segala ilmu pengetahuan, baik agama maupun umum termasuk sains.
Dari segi perolehan, ilmu dibagi dua
yaitu ilmu aqaly dan sama’iy. Ilmu aqaly yaitu ilmu diperoleh melalui
penelitian, seperti ilmu biologi, kimia dan sebagainya. Sedangkan ilmu sama’iy
adalah ilmu yang didapat melalui pendengaran seperti ilmu bahasa dan sastra. Kemudian
segi pemahaman objek-objek ilmu islam dapat digunakan tiga cara, yaitu melalui
indera, akal dan hati. Berbagai cara ilmu pengetahuan serta objek-objeknya
terutama indera dan akal semua bemuara pada otak sebagai pusat pemrosesan
informasi yang akan diungkapkan oleh mulut manusia. Namun ilmu agama tidak
cukup pemahaman melalui akal (otak) saja, akan tetapi juga melalui renungan
spiritual (hati), sebab agama terfokus pada dua unsur kajian yaitu unsur gaib
dan nyata.
Adanya dua unsur gaib dan nyata
dalam bidang agama menunjukkan agama tidak sepenuhnya dipahami secara akal
(otak) sebab akal tidak akan mampu menembus pemahaman ilmu gaib, melainkan
wilayah pembahasan hati untuk menangkapnya. Adapun yang termasuk unsur gaib,
seperti Allah, Malaikat, Jin, Kiamat, Surga, Neraka dan sebagainya. Sedangkan
unsur nyata semua ciptaan Allah di atas muka bumi dan kolong langit, seperti
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, fenomena alam, benda-benda langit, lautan
dan aneka ragam isinya, matahari, bulan, hujan dan sebagainya.
Unsur gaib, meskipun tidak Nampak
secara kasak mata, tetapi umat islam tetap meyakininya (beriman) sebagai sebuah
kebenaran dan kenyataan di alam yang lain. Sungguhpun berada di alam tidak
Nampak, namun Allah sudah memberikan perumpamaan atau kiasan kepada manusia
sebagai bahan pembelajaran. Artinya Allah membelajarkan menusia masalah gaib
dapat menemukan secara konkrit melalui miniature atau modelnya yang menyerupai
bentuk aslinya. Baik unsur gaib maupun unsur nyata di alam dunia ini semua dapat
dipahami melalui akal (berpikir).
AL-QUR’AN
|
AGAMA
dipahami
|
HATI (intuisi)
|
OTAK (Berpikir)
|
OTAK (Berpikir)
|
SAINS
dipahami
|
GAIB
|
REALITAS
|
REALITAS
|
Diagram di
atas menunjukkan bahwa hubungan antara agama dan sains sama-sama memiliki dua
hal: yaitu dapat dipahami melalui kemampuan otak untuk berpikir dan mendapat
kebenaran, dan objek kajian sama-sama bersifat realitas. Walaupun agama
bersifat realitas, bisa dipahami dengan otak (berpikir), akan tetapi ia juga
bisa dipahami melalui hati (intuisi) untuk meyakini kebenaran sebab materi
kajiannya bersifat gaib (abstrak). Dengan demikian tidak ada disparitas atau
dikotomi baik cara pemahaman agama dan sains maupun objek kajiannya, semua
memiliki kesamaan yaitu dipahami melalui kemampuan otak dan kajiannya yang
bersifat realistis.
B. Nilai Islami Dalam Ilmu Biologi
Naquib Al-Attas seorang falsafah
islam menyebutkan ilmu yang datang dari Allah diperoleh melalui cara atau
saluran:
1. Panca
indera (sound senses/hawass salimah)
yang meliputi pancaindera eksternal
(peraba, perasa, pencium, pendengaran dan penglihatan) dan pancaindera internal
(common sense, representation,
estimation, recollection/retention dan imagination)
2. Kabar
yang benar (khabar shadiq)
berdasarkan autoritas (naql) yang
meliputi : otoritas multak (otoritas ketuhanan (al-Qur’an) dan kenabian (hadist
rosulullah saw.); otoritas nisbi (kesepakatan alim ulama/tawatur dan khabar
orang terpercaya secara umum.
Intelek (intellect/’aql) yang meliputi: ‘akal sehat /sound reason dan ilham/intuition/hads/wildan.
Akal merupakan faktor utama dalam
proses mendapatkan ilmu. Faktor akal ini yang membedakan manusia dari hewan,
maka dapat diterima dalam menemukan ilmu
biologi Islam, penggunaan pancaindera yang sehat dan akal yang sehat untuk
memahami kebenaran hakekat dari fenomena hayati organisme tumbuhan dan
hewan/manusia yang hidup.
Fenomena biologi umumnya bersifat
fisik yang mudah ditangkap oleh indera.
Oleh karena itu biologiwan sedikit mendapat penjelasan secara
ilhami. Meskipun demikian , dalam perjalanannya
sering kita dengar berita dari para penemu sains terjadinya “lucky discovery”. Penemuan yang muncul
tiba-tiba. Ilham/intuisi yang mengakhiri kemandegan saintis dalam pencarian
ilmunya.
Aristoteles 300 SM menyatakan
pemikirannya, tentang Pendapat ini terkenal dengan teori abiogenesis (mahluk muncul begitu saja dari barang mati) atau juga
disebut teori generatio spontanea
(mahluk itu terjadi begitu saja muncul secara spontan). Yang kemudian, oleh Spallanzani (1729-1799)
yang membuktikan bahwa tidak ada kehidupan baru dari benda mati. Pendapat ini dikenal dengan semboyan Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo (kehidupan
itu berasal dari telur, dan telur itu berasal dari sesuatu yang hidup). Mahluk hidup atau bakteri itu adalah entitas
mikroorganisme yang wujudnya tersusun dari makro-molekul protein (daginsg).
Bakteri adalah mahluk hidup yang dapat bergerak dan berbiak, bukan hanya
molekul protein (daging) yang tidak bernyawa.
Penelitian saintis barat tersebut
belum dapat menjawab dari mana asal mahluk kecil (bakteri) bermula.
Hanyalah wahyu yang dapat menjawab pertanyaan dari mana dan bagaimana substansi protein itu menjadi hidup. Memberikan panduan bagaimana fase-fase peristiwa (urutan-urutan) penciptaan makhluk (embriologi). Yakni pada QS. Al-Mu’minun ayat 14:
Artinya:
Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Pada fase akhir, Allah menyatakan Dengan ditiupkan roh ke
dalam tubuhnya, maka jadilah makhluk. Tugas saintis ahli embriologi untuk
mengelaborasi fase-fase perkembangan embrio tersebut sehingga dikenali lebih
jelas bagaimana agar embrio berkembang normal berdasarkan perhitungan
kesehatan. Adapun permasalahan ruh pada mahluk hidup sulit dijelaskan, karena
memang manusia hanya diberi sedikit ilmu tentang ruh di dalam Al-Qur’an.
Ayat-ayat Alquran tidak satu pun yang
menentang ilmu pengetahuan, tetapi sebaliknya banyak ayat-ayat Alquran
menghasung dan menekankan kepentingan ilmu pengetahuan. Bahkan salah satu
pembuktian tentang kebenaran Alquran adalah ilmu pengetahuan dan berbagai
disiplin yang diisyaratkan. Memang terbukti, bahwa sekian banyak ayat-ayat
Alquran yang berbicara tentang hakikat-hakikat ilmiyah yang tidak dikenal pada
masa turunnya, namun terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu,
seperti:
a)
Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan
bulan adalah pantulan cahaya matahari. QS: Yunus ayat 5:
Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.
b)
Bumi bergerak mengelilingi
matahari pada QS. An Naml ayat 88:
Artinya: Dan
kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan
kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
c)
Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma
pria dan setelah fertilisasi (pembuahan) berdempet di dinding rahim pada QS. At
Thaariq ayat 6:
Artinya:
Dia
diciptakan dari air yang terpancar. yang keluar dari antara tulang sulbi dan
tulang dada.
d)
Ayat tentang bagaimana tumbuhan melakukan reproduksi
pada QS. Al-hijr ayat 22:
Artinya: Dan
Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami
turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan
sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.
Banyak lagi yang lain tidak mungkin
dikemukakan satu persatu, sehingga tepat sekali kesimpulan yang dikemukakan Dr.
Murice Bucaille, bahwa tidak satu ayat pun dalam Alquran yang bertentangan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
C. Integrasi Sains & Islam pada Pendidikan
Dengan mengetahui seluruh “duduk perkara” sains dan
Islam di atas, tampak bahwa hakekat persoalannya adalah memadukan agar pada
setiap aktivitas kita, setelah ada kerja keras dari kekuatan tubuh kita, ada
kerja cerdas berdasarkan sains dan kerja ikhlas berdasarkan Islam.
Dalam dunia pendidikan, yang biasanya akan
dikembangkan pada seorang anak didik adalah olah fikirnya (kognitif), sikapnya
(afektif) dan life-skill-nya (psikomotorik). Di sinilah perlu penelaahan yang
mendalam agar di setiap aspek ada muatan sains dan Islam secara sinergi. Bahkan
lebih jauh lagi, beberapa mata pelajaran bisa dipadukan sehingga tercipta suatu
fokus yang berguna secara praktis.
Contohnya apabila mengajarkan matematika: anak-anak
diminta menghitung berapa Rupiah yang dibayarkan bila yang dijual sepuluh kilo
beras dan dua kilo gula pasir (matematika). Lalu diberikan hukum-hukum Islam
tentang larangan mengurangi timbangan (agama).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an sebagai sumber ilmu mencakup seluruh
ilmu yang ada di muka bumi ini, selain ilmu yang sudah dipelajari oleh para
ilmuan Al-Qur’an juga menjawab semua yang menjadi teka-teki dalam kehidupan
saat ini. Islam mengajarkan kita untuk selalu belajar sampai akhir hayat.
Dengan Ilmu hidup menjadi mudah dan dengan bertumpu pada Al-Qur’an hidup
menjadi terarah.
Daftar Pustaka
Hadi, Syamsul (2009) Perkembangan ilmu Biologi, Fisika, dan
Kimia. From: http://syamsul-hadi.blogspot.com./2009/perkembangan-ilmu-biologi-fisika-dan-kimia-perspektif
islam/
14 Maret 2012
Hady (2011) Islamisasi Sains Naquib Al-Attas. From:http://hady412.wordpress.com/2011/01/30/islamisasi-sains-naquib-al-attas/ 14 Maret 2012
Jahiz, al (2011) Katakan dengan kata. From: http://al-jahiz-ahli-biologi-islam.blogspot.com/2011/09/04katakan-dengan-kata/ 14 Maret 2012
Sparkline (2011) Biologi dan Islam. From: http://sparkline.blogspot.com/2011/03/24biologi-dan-islam/ 14 Maret 2012
Tuhah, Maf (2011) Integrasi Islam dan Sains. From: http://mafmaftuhah.wordpress.com/2011/06/29/integrasi-islam-dan-sains/ 14 Maret 2012
Qousa (2011) Integrasi Sains dan Islam. From: http://qousa.wordpress.com/2011/02/27/integrasi-sains-dan-islam/, 14 Maret 2012